PERAN ORANG TUA
DALAM MENGAJARKAN FIRMAN TUHAN BERDASARKAN KITAB
ULANGAN PASAL 6
Pengertian
orang tua
Dalam bab
sebelumnya telah diuraikan bahwa orang tua adalah orang yang dianggap sudah
tua. Dalam suatu keluarga, orang tua adalah ayah dan ibu kandung yang dianggap
tua dan perlu dihormati[1][1] yang memiliki
kewenangan mutlak dari Allah untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya secara
bertanggung jawab.
Tugas dan
tanggung jawab orang tua
Tugas orang tua mencakup cara yang dasariah yaitu
mula-mula orang tua dipanggil untuk menyatakan kasih Allah kepada anak-anaknya dan itu dilakukan orang tua melalui teladan,
pengajaran, tuntunan dalam berbagai bentuk ibadah keluarga.
Orang tua memiliki kewajiban untuk membesarkan, mendidik,
membimbing dan memenuhi kebutuhan anak dengan dasar yang benar sesuai dengan
firman Allah bahwa orang tua harus membawa anak ke dalam tangan Tuhan melalui
pengajaran-pengajaran yang diberikan orang tua. Orang tua harus memberikan
contoh atau teladan yang baik bagi anak-anaknya baik itu melalui sikap dan
tindakan orang tua dalam kesehariannya, sehingga dapat menjadi panutan yang
baik bagi tumbuh kembang seorang anak dalam sebuah keluarga yang sehat dan
harmonis baik dari segi jasmani maupun dari segi spiritual.
Memahami pengertian tanggung jawab orang tua sebagai
mandataris Allah maka dia harus berperan dan bertanggung jawab atas pertumbuhan
Iman anak-anaknya menuju kedewasaan. Kedewasaan iman bukan merupakan sesuatu
yang terjadi melalui suatu proses alamiah, karena sebagai orang percaya yakin
bahwa Roh Kuduslah yang telah bekerja dalam hidup kita. Allah sendirilah yang telah menganugerahkan
iman kepada setiap orang percaya, dan sekarang tinggal bagaimana ketaatan orang
percaya kepada anugerah Allah itu. Mengenai hal ini, maka anak yang juga
merupakan anggota tubuh Kristus oleh karena baptisannya perlu di bina serta
diarahkan sampai mereka menjadi manusia yang dewasa dalam iman yang kelak mampu
mengenal dirinya [2][2]sendiri dan
Tuhannya secara benar.
Mengingat bahwa jiwa dan rohani anak mengalami
pertumbuhan di dalam kehidupannya maka sedini mungkin anak mengenal Tuhan yang
dimulai oleh pengenalan dini. Pengenalan sejak dini merupakan penunjang dalam memasuki
pengenalan akan hubungannya dengan Tuhan dan merupakan penunjang yang akan terdorongnya untuk mengetahui lebih jauh
tentang keberadaan dirinya. Dalam kondisi ini, dengan adanya pengajaran Firman Tuhan sangatlah menolong terjadinya
perubahan-perubahan sikap yang radikal sehingga ketika dewasa nanti anak tidak
merasa asing lagi jika diperhadapkan dengan kenyataan imannya.
Dengan pemberian dasar-dasar agama yang benar, maka
anak-anak akan memiliki fondasi yang kuat yang akan memampukannya untuk berdiri
sebagai bangunan Allah yang kokoh dan juga dapat menampakkan nilai-nilai
keimanannya dan
menunjukkan hidup rohani dalam sikap dan
perilakunya.
Dengan demikian anak mempunyai kedewasan rohani senyampang terjadinya
pertumbuhan fisik, akal dan nalar budi mereka.
Kedewasaan rohani tidak berarti kemudian mengasingkan diri
dari kehidupan dunia, sebaliknya dalam kedewasaan ini anak akan memiliki pola
hidup yang benar dalam kebenaran yang dimilikinya memampukan dia
mengaktualisasikan imannya dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini yang
paling mendasar adalah mempersiapkan anak untuk bertumbuh dan berkembang dalam
relasi yang benar dengan Tuhan.
Pentingnya
pengajaran firman Tuhan
Dalam Perjanjian Lama kita dapat mengerti bahwa, keluarga
adalah tempat yang pertama pendidikan agama diberikan. Sebelum adanya hukum-hukum
Musa, kaum Lewi ditetapkan sebagai imam, para nenek moyang Israel yang menjadi imam atas kaum keluarganya,
memimpin keluarganya mempersembahkan korban-korban ke hadirat Allah. Peranan
keluarga para nenek moyang Israel yaitu Abraham, Ishak dan Yakub, besar sekali
pengaruhnya terhadap hidup anggota keluarga dan keturunannya. Nenek moyang
bangsa Israel menjadi guru bagi seluruh keluarganya yaitu mengajar
perbuatan-perbuatan Allah yang besar dan janjiNya membawa berkat bagi bangsa
itu turun-temurun.
Orang tua mempunyai tugas yang sama dengan para nabi dan
imam yaitu menyampaikan dan meneruskan berita tentang karya keselamatan Allah
kepada anak-anak. Ini merupakan tugas yang sangat penting dari orang tua, oleh karena itu Allah memanggil mereka sebagai orang tua.
Pendidikan bangsa Israel dipusatkan dalam keluarga. Bagi
umat Israel, keluarga adalah tempat yang penting dan utama dalam menerapkan
pendidikan bagi anak dan ayah bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak.
Kitab Amsal merupakan kitab didikan. Banyak nasehat yang
diberikan kepada anak-anak, yang intinya agar mereka mendengarkan, mentaati dan
menuruti didikan ayah maupun ibunya, Dasar didikan itu ialah takut akan Tuhan (
Amsal 1 : 7 ) Dalam pendidikan Israel, ibu-ibu tidak
dibebaskan dari tanggung jawab dalam pendidikan anak-anak, mereka aktif
mendidik anak-anak perempuan dengan berbagai keterampilan seperti: memasak,
menenun, membuat karya-karya seni. Demikian anak-anak juga didorong untuk
mendengar pengajaran dari ayah dan tidak meninggalkan ajaran ibunya ( Amsal 1:8). Ayat
itu mempunyai tujuan yang sama dalam membina rohani anak.
Allah memberikan anak-anak kepada setiap orang tua dan
Allah menghendaki agar mereka beserta anak-anaknya melayani Dia. Dalam arti
bahwa Allah memberikan mereka bukan supaya kita dapat memiliki mereka untuk
kepentingan pribadi, tetapi Allah memberikan kepada setiap orang tua ( keluarga ) supaya mereka dibesarkan demi kemuliaan nama
Tuhan, karena anak adalah karunia yang diberikan kepada setiap orang tua.
Tuhan Yesus menyambut anak-anak yang
datang kepadanya. Bahkan pentingnya memperhatikan anak, sehingga Tuhan Yesus
memberikan sangsi yang sangat keras yaitu menenggelamkan ke dalam laut ( Matius 18 : 1 – 6 ) Tuhan Yesus sendiri sebagai Anak menunjukkan
ketaatan-Nya kepada Bapa yang di sorga ( Yoh. 5:36; 8:19, 42, 49 )
Dalam Efesus 6 :
4, mengandung pengertian bahwa
"Allah mau anak-anak dibesarkan dalam ajaranNya". Dalam ayat mi
kewajiban seorang ayah sangat diperlihatkan baik secara positif maupun negatif,
makna pertama dalam ayat ke empat adalah peringatan kepada bapa-bapa agar jangan menyakiti hati
anak-anaknya, makna kedua adalah perintah untuk melatih anak-anak dalam
pendidikan disiplin hidup Kristen[3][3] orang tua
yang bijaksana tidak hanya akan mengatakan kepada anak untuk berkelakuan baik,
tetapi jauh lebih dari itu oang tua harus membimbing anak mereka untuk menjadi
lebih baik. Salah satu pelajaran terpenting yang perlu dipelajari orang tua
adalah bercermin pada cara Allah menangani anak-anak.
Allah menetapkan orang tua sebagai alat yang penting
untuk menyalurkan pengetahuan tentang siapa Allah bagai Allah menyelamatkan
umat-Nya.Dengan melakukan hal itu, la menyatakan diri-Nya kepada tiap-tiap kepala
keluarga sebagai Allah yang menyelamatkan. Orang tua dapat menolong anak-anak
raereka memperkembangkan kenyakinan berdasarkan firman Allah, melalui
pengajaran, teladan dan bimbingan, yang disertai dengan doa orang tua, dalam
menunaikan tugas dan tanggung jawabnya di dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya.
Anak-anak akan mengenal Firman Tuhan dengan baik jika hal
itu diajarkan oleh orang tua. Oleh karena itu semua ajaran dan
didikan yang di terapkan kepada anak-anak harus berpedoman pada firman Allah.
Tetapi pada kenyataannya
masih ada orang
tua, khususnya kaum
bapak yang beranggapan bahwa mendidik
anak adalah tanggimg jawab seorang ibu, tentu
saja hal ini merupakan pemahaman yang
salah, karena Allah memberikan
seorang anak dalam keluarga adalah merupakan tanggung jawab orang tua secara
bersama untuk membesarkan dan mendidik anak-anak, tanggung jawab ini diberikan
langsung oleh Allah kepada orang tua sebagai wakilNya.
Orang tua adalah mandataris Allah untuk membina
anak-anaknya oleh karena itu anak-anak harus dipelihara agar menghormati orang
tua. Dalam Kolose 3:18- 25, dikatakan bahwa anak-anak juga harus menghormati
kedua orang tuanya, karena orang tua adalah wakil Allah bagi anak-anaknya, maka
anak wajib menghormati orang tuanya, apabila seorang anak menyakiti hati orang
tuanya maka anak itu juga secara otomatis menyakiti Allah. Berdasarkan uraian
diatas, nyata bahwa di dalam kitab sucipun juga dinasehatkan kepada orang tua
agar senantiasa mendidik anak-anaknya dalam kebenaran dan hal ini adalah
tanggung jawab orang tua karena orang tua adalah wakil Allah di dunia untuk
dapat melaksanakan salah satu perintah Allah kepada mereka yaitu membesarkan
dan mendidik anak-anak dengan baik sesuai dengan perintah Tuhan yang tertulis
dalam kitab suci.
Pemahaman Firman Tuhan dari Kitab Ulangan Pasal
6
Kitab Ulangan merupakan bagian akhir
kitab Taurat Musa atau Pentateuch. Kitab tersebut mempunyai arti yang besar
bagi pembangunan Iman bangsa Israel. Hal itu senada dengan Pembangunan rohani
yang dilakukan oleh raja Yosia yang terkenal dengan sebutan reformasi Yosia [4][4] Kitab Ulangan sangat memperhatikan hidup
iman bangsa Israel yang selalu
menghadapi synkretisme atau percampuran agama. Dengan keras kitab Ulangan
mengajak Israel agar menjadi bangsa yang memliki ikman yang kuat. Secara khusus
pada pasal 6 diingatkan agar takut akan
Tuhan dan beribadah kepada-Nya. Bangsa Israel dilarang menyembah kepada
allah lain, karena mereka telah dilepaskan dari perhambaan di tanah Mesir. Dalam suasana yang kritis itu
bangsa Israel harus membangun iman yang kuat melalui kehidupan keluarga. Orang
tua harus mengajarkan firma Tuhan kepada anak-anaknya.
Anak-anak Israel harus mengenal siapa Allah dan bagaimana Ia
berkarya bagi nenek moyangnya. Pengenalan itu dilakukan melalui pengajaran
Firman Tuhan, yang berupa sejarah nenek moyang Israel. Demikian juga hukum-hukum diberikan agar
mereka hidup dan bertingkah laku sesuai
dengan kehendak Tuhan.
Perbuatan Tuhan hendaknya dipahami dan dilakukan oleh
bangsa Israel dan keturunannya. Musa mengajarkan kepada orang tua bangsa Israel
agar mereka mengajarkan perbuatan Allah kepada anak mereka ( Ulangan 6:6-9 ). Hal ini berarti orang tua
sebagai bagian dari umat Allah di tugaskan untuk mengajarkan tentang Allah
kepada anak-anaknya. Pengajaran itu dilaksanakan secara lisan dan tidak di
batasi oleh ruang dan waktu. Jelaslah bahwa keluarga merupakan tempat yang
pertama dimana anak-anak memperoleh pendidikan dan pengajaran, sehingga
anak-anak mengenal Allah sebagai penciptanya. Para orang tua harus tekun
mengajar kepada anak-anak mereka, karena Allah sendiri yang mengamanatkan tugas
itu sebagai tanggung jawab orang tua. Melalui keluarga, Tuhan memberi mandat
khusus kepada orang tua untuk memelihara dan mendidik anak-anak sesuai dengan
perintah dan kehendak Allah. Orang tua merupakan mitra Tuhan untuk menyampaikan
berita keselamatan kepada anak-anak.
Orang tua mempunyai tugas yang sama dengan para nabi dan
imam yaitu menyampaikan dan meneruskan berita tentang karya keselamatan Allah
kepada anak-anak. Ini merupakan tugas yang sangat penting dari orang tua, oleh karena itu Allah memanggil mereka sebagai orang tua.
Dalam Kitab Ulangan 4 : 9 diperintahkan bahwa, “ ...tetapi waspadalah dan berhati-hatilah,
supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu,
dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu, seumur hidupmu.
Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu” .
Ayat tersebut mengandung maksud agar orang tua mau menhyampaikan firman
Tuhan dengan cara berceritera , pada
saat duduk di dekat atau di pangkuan
orang tuanya. Kesempatan
yang sangat indah tidak boleh berlalu tetapi dipergunakan untuk menyampaikan
firman Tuhan.
Orang tua berfungsi sebagai pengajar-pengajar yang pertama
dalam kehidupan anak-anak. Terutama ayah sebagai kepala keluarga mengumpulkan
anak-anak mereka untuk memberikan pengajaran-pengajaran tentang hukum Allah (
Ulangan 6: 20 - 25 )[5][5]
Cara-cara
pengajaran Firman Tuhan
Dalam Kitab
Ulangan 6 : 6 – 9 sangat rinci dan jelas bagaimana bangsa Israel mengajarkan firman Tuhan kepada
anak-anaknya ;
1. Mengajarkan secara berulang-ulang
2. Membicarakan di berbagai kesempatan,
baik saat santai, bangun tidur maupun dalam perjalanan
3. Mengajarkan dengan menggunakan tanda
pengingat yang berupa tali di tangan, lambing di dahi dan tulisan pada tiang
pintu dan pada pintu gerbang
Tujuan Orang
tua mengajarkan Firman Tuhan
Inti dari maksud Firman Tuhan disampaikan ialah agar manusia
mengenal Allah, mengimani dan mengajarkan kepada orang lain termasuk
anak-anaknya. Secara mendasar pengajaran
Firman Tuhan banyak diungkapkan dalam Kitab Amsal. anak bertujuan supaya anak
memiliki pengenalan akan
Tuhan dan kehendak-Nya. Hal itu banyak di,
mempersiapkan anak untuk
melaksanakan tugas panggilan
gereja, dan menciptakan sumber
daya warga gereja yang berkualitas, Kritis dan realistis. Oleh karena itu hal
ini perlu diperhatikan oleh setiap orang tua dalam mendidik anak, namun orang tua juga harus ingat bahwa anak
adalah pemberian Tuhan berarti anak adalah sepenuhnya milik Tuhan, orang tua
hanyalah wakil Allah dimana anak
dititipkan. Dalam pembinaan
iman terhadap anak orang tua bertanggung jawab penuh tidak hanya kepada
anak tetapi juga kepada Allah dan juga seorang anak haruslah berbakti atau taat
kepada orang tua karena orang tua adalah wakil Allah dalam hidup sang anak.
Jadi anak juga bertanggung jawab kepada orang tua dalam hal kepatuhan dan juga
memiliki tanggung jawab kepada Allah sebagai anak-anak Allah. Hal ini
harus dimengerti terlebih
dahulu oleh setiap
orang tua, sehingga di dalam mendidik, mengasuh dan membimbing anak
dapat dilakukannya dengan pengertian yang baik dan benar sehingga tidak
terjadinya kekerasan atau penindasan, pemaksaan kepada anak di dalam
melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan tuntutan orang tua. orang tua
hanyalah mendidik dan membimbing anak untuk bisa memiliki pengetahuan secara
baik dan bertanggung jawab sebagai bekal bagi anak dikemudian hari, serta tugas
mengawasi anak dalam perkembangannya sampai kelak ia dewasa dan mampu berdiri
diatas kemandiriannya sendiri secara baik dan bertanggung jawab.
Pembinaan iman anak harus disertai dengan perhatian
secara universal terhadap pola pertumbuhan dan perkembangan anak yang meliputi
segi fisik, sosial, Psikis dan Spiritual ( rohani ). Hal ini
disebabkan karena kemampuan dan kebutuhan anak berbeda-beda sesuai dengan
tahapan perkembangannya.[6][6] Dengan
perhatian kepada tingkatan-tingkatan perkembangan anak maka akan mudah untuk
membantu anak dalam mengembangkan dirinya.
Dalam melaksanakan
tugas mengajarkan firman Tuhan kepada anak memang
tidaklah merupakan pekerjaan yang mudah. Tugas itu harus dilakukan dengan segenap jiwa,
segenap kekuatan, dan segenap akal budi dan juga perlu mencurahkan segenap
perhatian dan waktu dengan tujuan mengusahakan agar anak yang kita asuh menjadi
sehat dari segala segi sehingga pada waktunya nanti mereka juga dapat menjadi
orang yang mandiri dan kuat.[7][7] Hal ini tentu
merupakan tugas yang sangat berat bagi setiap orang tua tetapi jika setiap
orang tua yang sadar akan tugas dan tanggung jawab ini, maka ia akan
melaksanakannya dengan baik,
bertanggung jawab dan sukacita. Hal itu karena Tuhan yang
adalah sumber segala kekuatan yang akan memampukannya di dalam setiap tugas dan
tanggung jawabnya.
Seperti telah dijelaskan diatas, bahwa dalam pertumbuhan rohani anak orang
tualah yang bertanggung jawab penuh (meskipun hal ini juga merupakan tugas
gereja), maka orang tua haruslah memberikan contoh teladan yang baik melalui
ajaran-ajaran yang diberikannya ataupun melalui kehidupan sehari-harinya baik
itu pola atau sikap, tindakan, perbuatan dan tutur katanya, karena anak-anak
cenderung belajar dari apa yang mereka jalani dalam kehidupan mereka. Mereka
menyerap pengetahuan tentang dunia melalui kejadian-kejadian yang mereka alami
dan amati.[8][8]
Lingkungan rumah merupakan tempat atau kelas pertama bagi
seorang anak untuk belajar tentang sesama dan dunia, oleh karena itu suasana di
rumah atau dalam keluarga haruslah diciptakan suasana yang kondusif, nyaman
bagi segenap anggota yang ada didalamnya sehingga disitu dapat tercermin kasih
Allah yang memancar dalam setiap pribadi yang ada di dalamnya. Sehingga anak
akan merasa nyaman dan memiliki ketenanagan jiwa dan batin dalam hubungannya
dengan kedua orang tuanya.
Jika orang tua berbicara tentang kasih dan kepedulian,
tetapi tidak ada kehangatan di rumah, maka anak justru akan lebih dipengaruhi
oleh kenyataan di balik kata-kata tersebut oleh karena itu orang tua harus
mencerminkan cinta kasih di dalam keluarga baik itu dari sikap maupun sifat dan
tindakannya sehingga dapat menjadi panutan bagi anak-anaknya dalam mewujudkan
suatu hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak dan hubungan antara
keduanya ( orang tua dan anak) dengan Tuhan selaku sang pencipta. Orang tua
bisa saja menyuruh anak dengan
sikap yang tidak konstan pada saat tertentu ia bertindak secara lembut dan pada saat yang lain mereka justru saling memaki. Hal ini
merupakan suatu kenyataan yang sering terjadi dalam sebuah keluarga, namun
diharapkan setiap orang tua memiliki pemahaman yang benar mengenai hidup
berkeluarga karena di dalam keluarga itu terdapat ayah, ibu dan anak yang merupakan
suatu kesatuan yang harus saling mengasihi dan orang tua adalah yang paling
dewasa bagi anak-anaknya sehingga orang tua dituntut untuk memiliki cara
pandang dan cara hidup yang baik sebagai teladan bagi anak-anak.
Dari penjelasan di atas mengenai tujuan pembinaan iman
anak, diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan yang bermakna bagi setiap
keluarga terutama orang tua dalam mengemban amanat yang diberikan Tuhan
sehingga di dalam melaksanakan amanat atau perintah tersebut orang tua dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik dan benar secara bertanggung jawab sehingga
dapat mengahasilkan generasi-generasi penerus Allah yang memiliki iman kepada
Allah dan mampu bertanggung jawab dalam segala aspek kehidupannya baik itu
tanggung jawab kepada Allah, orang tua, gereja dan masyarakat. Menciptakan
generasi-generasi penerus yang berkualitas, kritis, dan realistis.
PERTUMBUHAN
ROHANI ANAK SEKOLAH MINGGU
Pentingnya
Pertumbuhan rohani anak
Allah sendirilah yang telah menganugerahkan iman kepada
setiap orang percaya, dan sekarang tinggal bagaimana ketaatan orang percaya
kepada anugerah Allah itu. Mengenai hal ini, maka anak yang juga merupakan
anggota tubuh Kristus oleh karena baptisannya perlu di bina serta diarahkan
sampai mereka menjadi manusia yang dewasa dalam iman yang kelak mampu mengenal dirinya sendiri dan
Tuhannya secara benar[9][9].
Mengingat bahwa jiwa dan rohani anak sangat penting untuk mengalami
pertumbuhan di dalam kehidupannya maka sedini mungkin anak mengenal Tuhan.
Pengenalan dini merupakan penunjang dalam memasuki pengenalan akan hubungannya
dengan Tuhan dan merupakan penunjang yang akan mendorongnya untuk mengetahui
lebih jauh tentang keberadaan dirinya. Dalam kondisi ini, dengan adanya pengajaran akan Firman Tuhan maka sangatlah
menolong terjadinya perubahan-perubahan sikap yang radikal sehingga ketika
dewasa nanti anak tidak merasa asing lagi jika diperhadapkan dengan kenyataan
hidup rohaninya.
Dengan pemberian dasar-dasar agama yang benar, maka
anak-anak akan memiliki fondasi yang kuat yang akan memampukannya untuk berdiri
sebagai bangunan Allah yang kokoh dan juga dapat menampakkan nilai-nilai
keimanan
dan kedewasaan rohaninya dalam sikap dan perilakunya . Dalam Amsal 22 : 6 dinyatakan "Didiklah
orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak
akan menyimpang dari jalan itu". Didiklah orang tua pada masa muda akan
mempengaruhi kehidupan anak-anak dikemudian hari. Anak-anak harus dididik pada
jalan yang seharusnya yaitu dalam kebenaran, kesalehan dan menurut perkembangan
jasmani dan rohani anak.
Ciri-Ciri
Pertumbuhan rohani anak
1. Anak mampu berdoa sendiri
Doa
merupakan komunikasi dengan Tuhan. Doa juga
disebut sebagai nafas bagi orang beriman . Keluarga
merupakan inti
dari persekutuan
orang-orang beriman. Oleh karena itu doa pribadi setiap anggota keluarga termasuk anak-anak adalah penting
bagi kehidupan rohani keluarga sebab hal
itu sebagai
tanda kehadiran Tuhan dalam keluarga
Doa merupakan unsur penting dalam proses pembentukan
keluarga tersebut karena melalui doa dapat memberikan kekuatan dan pengharapan
dalam menjalani kehidupan dalam keluarga. Tanggung jawab utama dalam
mengajarkan doa tidak dapat dilimpahkan kepada sekolah atau bahkan gereja.
Perawatan kehidupan rohani yang mendasar adalah di rumah. Allah bermaksud
menjadikan rumah sebagai tempat pribadi-pribadi pertama kali belajar
menghormati dan mengasihi Allah.
Berbicara mengenai doa di rumah, kita mesti memulainya
dari orang tua. Athmosfir yang diciptakan oleh ayah dan ibu akan menunjukan apa
yang penting dalam kehidupan mereka, Doa akan mempunyai makna sebagaimana yang
diberikan oleh orang tua.
2. Anak
mempunyai mengenalan akan Tuhan secara
baik. Pertumbuhan rohani tidak
berarti kemudian mengasingkan diri dari kehidupan dunia, sebaliknya dalam pembentukan rohani yang dewasa pada
anak asehingga memiliki pola hidup yang benar dalam kebenaran
yang dimilikinya memampukan dia mengaktualisasikan imannya dalam kehidupannya
sehari-hari. Dalam hal ini yang paling mendasar adalah mempersiapkan anak untuk
bertumbuh dan berkembang dalam relasi yang benar dengan Tuhan.
3. Anak
mempunyai rasa senang berangkat ke Sekolah Minggu
Sekolah Minggu merupakan salah satu tugas gereja yang
membantu orang tua dalam pertumbuhan
rohani anak. Disana anak-anak akan dididik untuk
mengenal kuasa dan kasih Allah, oleh karena itu orang tua perlu membawa
anak-anaknya untuk ikut serta ambil bagian menjadi murid-murid sekolah minggu.
4. Anak sadar rela untuk
memberikan persembahan.
Tujuan pertumbuhan rohani anak
1. Pertumbuhan
rohani merupakan proses menuju
kedewasaan rohani anak. Proses pertumbuhan rohani anak pada hakekatnya dalam rangka
mempersiapkan, membentuk dan membangun sikap hidup anak agar ketika dewasa anak
mampu mengenal jati dirinya dan mampu bersikap sesuai dengan berlandaskan firman Tuhan yang menjadi pandangan hidupnya
2. Pertumbuhan
rohani anak bertujuan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang semakin lama
semakin berat. Dengan pemahaman
akan firman Tuhan benar, maka
anak-anak akan memiliki fondasi yang kuat yang akan memampukannya untuk berdiri
sebagai bangunan Allah yang kokoh dan juga dapat menampakkan hidup rohaninya yang nampak dalam sikap dan perilakunya
6. ) Penyediaan Bacaan Kristen
Untuk membangkitkan minat baca anak-anak bukanlah sebuah
pekerjaan mudah. Bisa jadi membaca adalah sebuah pekerjaan berat bagi
anak-anak, maka perlu orang tua membimbing dan mengarahkan anak-anak untuk
membaca. Minat baca pada diri anak-anak harus dibangkitkan sejak masih kecil
sehingga membaca bukan merupakan beban melainkan menjadi kesenangan bagi
mereka. Untuk membangkitkan minat baca anak-anak dapat di tempuh dengan
memberikan motif-motif yang kuat tentang manfaat dan kegunaan membaca bagi
mereka, cara-cara lain yaitu dengan merangsang melalui buku-buku cerita atau
bacaan-bacaan yang bergambar yang menjadi kesenangannya.
Dalam rangka membina iman anak, dapat ditempuh dengan
cara menyediakan bacaan Kristen dalam keluarga. Baik berupa cerita-cerita
Alkitab, ataupun buku-buku bacaan Kristen lainnya. Melalui bacaan-bacaan
Kristen tersebut diharapkan mampu merangsang pertumbuhan iman anak.
Banyak buku-buku Kristen diterbitkan untuk menambah
pengetahuan seseorang tentang ajaran-ajaran agama Kristen. Dengan membaca,
pengetahuan anak-anak akan semakin diperluas dan keyakinan mereka semakin
diperdalam. Oleh karena itu orang tua perlu membimbing dan mengarahkan mereka
untuk membaca buku-buku sebagai bekal pengetahuan.
Dari buku-buku yang dibaca itu, dapat mengilhami
anak-anak untuk melakukan perbuatan-perbuatan atau gagasan-gagasan yang luar
biasa bagi perluasan kerajaan Allah di dunia ini.
7.) Nyanyian
Nyanyian merupakan ungkapan jiwa. Nyanyian rohani
mempunyai expresi iman yang perlu dikembangkan pada setiap pribadi anak. Oleh
karena itu orang tua dihadapkan dapat memperkenalkan lagu-lagu Kristen kepada
anak-anak sejak usia dini, dengan tujuan agar dari sedini mungkin seorang anak
dapat mengenal kasih Allah melalui pujian-pujian yang dinyanyikannya. Orang tua
dapat mengajarkan kepada anak-anak bahwa betapa pentingnya sebuah naynyian
sehingga anak dapat mengerti bahwa melalui lagu yang mereka nyanyikan itu juga
adalah hal yang menyenangkan hati Tuhan.
Melalui nyanyian-nyanyian rohani juga bertujuan melatih
anak-anak memuji Tuhan dan mengasihi Tuhan lewat sebuah lagu. Melalui
nyanyian-nyanyian itu, anak semakin hari akan merasa menernukan kedekatannya
dengan Tuhan sehingga anak-anak juga akan merasakan kehadiran Tuhan dalam
dirinya.
5. Hambatan
Yang Di Hadapi Dalam Pembinaan Iman Anak
a. Keterbatasan Orang Tua
Dalam mendidik anak tentu tidak telepas dari kemampuan
orang tua baik itu dari segi pengetahuan maupun dari segi ekonomi. Keduanya
saling berkaitan. Mendidik anak membutuhkan pengetahuan yang baik dari orang
tua agar dalam mengarahkan anak menuju proses pendewasaan diri agar tidak salah
arah. Oleh karena itu orang tua haras memperlengkapi diri dengan baik terutama
dari segi pengetahuan mengenai pola mendidik anak.
Perkembangan seorang anak dalam setiap keluarga akan
berbeda satu dan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh pola asuh yang berbeda
dalam setiap keluarga karena memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Anak
yang berasal dari latar belakang keluarga yang sibuk, pendidikan orang tua yang
minim atau pengetahuan dan pemahaman orang tua yang minim akan sangat
mempengaruhi perkembangan anak dikemudian hari. Hal tersebut merupakan suatu
keterbatasan yang ada pada orang tua selaku ayah dan ibu. Orang tua yang berada
dalam kondisi seperti ini kebanyakan berasal dari masyarakat desa yang lemah
secara pengetahuan akan pola didik bagi anak. Oleh karena itu, perlu dipahami
oleh setiap orang tua bahwa dalam mewujudkan generasi penerus yang baik
dibutuhkan pola didik yang baik dan benar sedini mungkin. Orang tua harus
menyadari keterbatasan yang ada pada dirinya dan mau membuka din unruk belajar
menjadi orang tua yang memiliki pengetahuan yang baik dalam mendidik
anak-anaknya dan tentunya semua dilakukan atas dasar cinta kasih demi
perkembangan masa depan anak tersebut.
Jika orang tua tetap berada dalam kondisi
keterbatasannya, tanpa disadari atau tidak hal ini dapat menjadi penghambat
dalam tumbuhkembangnya seorang anak dengan baik karena kurang atau tidak adanya
pola didik yang benar dalam keluarga. Agar dapat tumbuh dengan baik seorang
anak harus dibekali dengan pola didik yang baik pula. Pola didik yang baik
adalah curahan perhatian orang tua yang membawa anak pada pengenalan akan
Tuhan. Pengenalan akan Tuhan adalah dasar dari segala sesuatu yang ada dalam
kehidupan ini. Jika pengenalan akan Tuhan tercipta dengan baik maka ada
pengendalian diri yang baik pula dalam pribadi orang tersebut. Dengan mengacu
pada keterbatasan yang ada pada orang tua maka perlu adanya suatu solusi yang
harus diberlakukan oleh gereja dan keluarga dalam hal mengupayakan guru Les
Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak. Dengan mendatangkan guru Les PAK bagi anak
akan membantu keterbatasan yang ada pada orang tua baik itu dari segi
pengetahuan maupun waktu dapat teratasi, sekaligus dapat memberikan kontribusi
pengetahuan bagi orang tua dalam hal pendidikan iman anak. Walaupun demikian,
orang tua tetap menjalankan fungsinya dalam memantau perkembangan iman anak.
b. Kesibukan Orang Tua
Ketika orang tua sudah tidak lagi bisa membagi waktu
dengan anak-anaknya oleh karena kesibukannya maka hal ini merupakan bahaya
dalam keluarga karena pembentukan pribadi anak yang seharusnya berdasarkan
pengamatan orang tua sudah tidak lagi berfungsi dengan semestinya.
Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa kesibukan
orang tua oleh karena pekerjaan ( Karier ) juga semata-mata demi kepentingan
keluarga termasuk kepentingan anak-anak (dalam hal kebutuhan ekonomi) hal
tersebut menurut orang tua juga merupakan faktor yang penting. Namun perlu
disadari oleh setiap orang tua bahwa pemahaman yang demikian ada sisi positif
maupun negatimya. Dari sudut pandang positif: kebutuhan keluarga ( termasuk
anak-anak ) dapat terpenuhi. Tetapi jika dilihat dari sudut pandang negatif:
apabila orang tua hanya memberikan perhatian penuh pada karier atau
pekerjaannya lebih utama dibanding memberikan perhatian bagi anak-anaknya atau
bahkan tidak ada waktu bagi anak, maka hal tersebut tentunya menjadi sebuah
keprihatinan dalam keluarga tersebut, dimana si-anak akan merasa kurang
mendapatkan kasih sayang atau bahkan tidak sama sekali. Hal ini tentunya
menjadi sebuah dilema bagi si-anak karena kurangnya hubungan yang baik antara
orang tua dan anak.
Dari penjelasan diatas terlihat jelas bahwa seorang anak
tidak hanya membutuhkan perhatian orang tua dari segi materi saja tetapi anak
juga lebih membutuhkan kehangatan kebersamaan dengan kedua orang tuanya, dimana
anak juga membutuhkan perhatian yang lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan
ekonomi. Anak membutuhkan perhatian berupa kasih sayang melalui sapaan yang
indah, lembut, hangat dan bersahaja, canda tawa dan sebagainya. Oleh karena itu
hal ini juga sangat penting bagi para orang tua untuk memahami akan
kebutuhan-kebutuhan anak sehingga para orang tua diharapkan dapat mencurahkan
segala perhatiannya secara berimbang dalam hal tanggung jawabnya terhadap
anak-anaknya.
c. Kurangnya
Komunikasi
Diakui atau tidak kurangnya komunikasi antara orang tua
dan anak-anak dapat menjadi faktor penghambat bagi perkembangan iman anak
karena bagaimana seorang anak dapat mengenal Allah dan kehendakNya kalau orang
tua tidak pernah menceriterakan tentang Allah dan Karya-karyaNya yang besar
kepada anak-anak. Hal ini bisa saja terjadi dalam suatu keluarga apabila tidak
ada waktu khusus dari orang tua untuk berceritera kepada anak-anak. Kurangnya
komunikasi juga dapat mengakibatkan hubungan yang kurang harmonis antara orang
tua dan anaknya.
d. Lingkungan Pergaulan Yang Tidak Mendukung
Anak tidak hanya dibentuk di dalam lingkungan rumah atau
keluarga. Perkembangannya yang sehat atau tidak sehat ikut dipengaruhi oleh
lingkungan sekitamya. Tergantung lingkungan mana yang paling kuat di dalam
membentuk kepribadiannya. Selain lingkungan keluarga, lingkungan diluar juga
turut membentuk perkembangan seorang anak. Yang termasuk bagian dari lingkungan
tersebut adalah:
a. Teman bermain
disekitar rumah atau di tempat lain
b. Lingkungan sekolah
c. Luigkungan
kegiatan keagamaan
Lingkungan-lingkungan
tersebut diatas dapat membentuk anak melalui pengaruh yang diterimanya, entah
itu pengaruh positif ataupun pengaruh negatif. Untuk itu seorang anak yang
kurang mendapatkan perhatian dan bimbingan dari orang tua, akan lebih senang
berada diantara teman-temaan bermainnya yang tidak selalu merupakan teman-teman
yang berkepribadian cukup terbina. Lingkungan sekolah dapat menjadi lingkungan
yang sangat membantu untuk membentuk seorang anak menjadi anak yang rajin dan
tertib. Demikian juga lingkungan kegiatan keagamaan antara lain : sekolah
minggu,pengetahuan alkitab, kegiatan remaja dapat memberi andil yang besar bagi
kepentingan pembentukan kepribadian. Lingkungan sekolah maupun lingkungan keagamaan
merupakan lingkungan-lingkungan yang turut dalam pembentukan kepribadian anak.
Lingkungan yang menarik dan bebas bagi keterlibatan seorang anak adalah
lingkunagan bermainnya, karena itu disiplin dalam keluarga yang kurang baik
akan gagal mengendalikan perkembangan seorang anak terhadap pengaruh lingkungan
bermainnya.
Hal ini memang membutuhkan perhatian khusus dan kejelian
dari orang tua dalam mengawasi anak-anaknya sebab ketika seorang anak tumbuh
dalam lingkungan yang salah maka akan mempengaruhi perkembangan anak tersebut
baik sikap, tingkah laku (dari segi psikisnya) yang akan mempengaruhi
perkembangan jiwanya maupun kehidupan spiritualnya (dari segi iman). Dengan
demikian orang tua memiliki peranan penting dalam mengawasi anak dalam
lingkungan bermainnya.
e. Pengaruh Negatif Media Massa
Media massa yang ada pada saat ini, baik itu media cetak
maupun media elekronika yang tidak terpisahkan lagi dari kehidupan manusia yang
mempunyai fungsi sebagai penghubung atau saluran antar pelaku-pelaku komunikasi
yaitu memberi pesan dan menerima pesan di dalam membahas bersama atau proses
komunikasi terhadap sesuatu masalah atau persoalan.29
Dengan demikian media massa ini sangat praktis dan
berdaya guna tinggi dimana untuk mengemukakan suatu ide atau gagasan atau
pemikiran antara dua pihak atau lebih, dapat menggunakan media massa ini
sehingga lebih hemat waktu dan tenaga.
Penggunaaan media massa baik itu yang berupa media cetak
maupun media elektronika sebenarnya bertujuan memanfaatkan kemampuan teknik
dari media massa itu sendiri untuk menyebarkan pesan kepada khalayak umum
sehingga dapat mencapai sasaran baik itu melalui pembaca, pendengar
maupun pemirsa yang secara
teoritis
29 Dr. Phil Astrid S Susanto, Komunikasi
Massa I Bina Cipta, 1986, h. 73
dalam jumlah yang besar dalam waktu atau saat yang
bersamaan.30 Tujuan tersebut jelas mengutamakan kepraktisan
efesiensi tenaga, waktu maupun alat-alatnya, dengan demikian, apabila semakin
canggih media yang digunakan maka akan semakin banyak dan semakin baik pula
tujuan-tujuan yang bisa dicapai. Hal ini berarti nilai kepraktisan dan nilai
efesiensi dari media massa semakin nampak sehingga kaitannya sebagai alat
kominikasi dengan kehidupan manusia sehari-hari makin erat.
Media massa dapat berupa media cetak seperti surat kabar
(Koran), majalah, buku-buku, spanduk, dan lain sebagainya. Dapat juga berupa
media elektronik seperti radio dan televisi. Dewasa ini baik media cetak maupun
media elekronik telah mengalami kemajuan atau perkembangan yang dapat dikatakan
pesat, sehingga sapai di pelosok-pelosok desapun kita dapat menemukan atau
melihat adanya berbagai media tersebut. Namun hal ini juga meninggalkan dampak
negatif bagi kita, karena media massa sekarang ini banyak menampilkan hal-hal
yang tidak mendidik dan hal-hal yang tidak dapat secara keseluruhan bisa
dikonsumsi oleh masyarakat umum baik itu dari
anak-anak sampai pada orang
dewasa dan orang tua (adanya
30 Ibid. h. 74
batasan-batasan umur dalam membaca, melihat
tanyangan-tanyangan yang disuguhkan oleh media massa saat ini).
Melalui paparan diatas, tentunya hal tersebut juga
menjadi sebuah keprihatinan dimana nilai-nilai agama dan moral terabaikan,
mulai adanya pergeseran nilai-nilai moral dalam masyarakat. Jika dikaitkan
dalam hal pembinaan dan perkembangan anak, maka tentunya hal-hal tersebut juga
turut mempengarungi perkembangan anak dan pengaruh yang diberikan dapat
berdampak negatif pada diri anak tersebut.
Artikel televisi disamping memiliki nilai positif sebagai
media hiburan dan media informasi, tetap juga memiliki efek negatif, sebab jika
tidak bisa melakukan kontrol diri, televisi bisa menjadikan orang-orang
Indonesia khususnya anak-anak menjadi bersifat pasif, hidup di
"awang-awang" dan mengalami ketergantungan. Oleh karena itu perlu
adanya kontrol diri dalam masyarakat dan dalam setiap keluarga misalnya dengan
aturan menonton televisi seperlunya agar tidak terjadi pola ketergantungan.
Dengan adanya pekembangan media massa saat ini perlu
adanya pengawasan dari orang tua terhadap anak-anaknya sehingga anak tidak
terjebak pada hal-hal negatif yang disuguhkan oleh media-media massa tersebut.
Anak-anak cenderung tertarik pada sesuatu yang
dianggapnya sesuatu yang baru, lucu dan menarik baginya tanpa memikirkan dampak
dari hal-hal tersebut, misahiya:
1. Ketika seorang
anak terlalu asyik bermain Play station
( P.S ), akan berakibat si-anak tersebut melupakan tugas-tugas pelajarannya
atau bahkan mungkin sudah tidak tertarik lagi dengan tugas-tugas pelajaran
sekolahnya, jika tidak ada kontrol dari orang tua.
2. Ketika seorang
anak mulai melihat atau membaca di media-media massa yang menampilkan
tayangan-tayangan maupun gambar-gambar yang kurang sopan atau bahkan
gambar-gambar porno yang disajikan oleh media-media tersebut dan anak belum
cukup dewasa dalam memahami dan mengerti akan hal-hal tersebut akan menimbulkan
sebuah tanda tanya yang menjadi ketidak jelasan dalam dirinya, maka hal ini
juga sangat mempengaruhi perkembangan jiwa, iman anak. Oleh karena itu
dibutuhkan perhatian dan bimbingan orang tua terhadap anaknya dalam
mengkonsumsi setiap pesan
atau berita yang disampaikan lewat media-media massa
saat ini.
C. PERANAN
ORANG TUA DALAM PEMBINAAN IMAN ANAK
1. Anak Sebagai Basis Pelayanan Utama Dalam
Keluarga
Anak-anak adalah manusia kecil dengan segala kebutuhan.
Setiap anak membutuhkan perasaan harga diri, dalam hal ini anak perlu dihargai.
Adapun kebutuhan -kebutuhan tersebut antara lain:31
a. Anak perlu
ketentraman, keamanan. Ini berarti harus ada hubungan baik antara ayah, ibu serta anak-anak di dalam kasih
sayang dan disiplin yang tinggi.
b. Setiap anak
membutuhkan kesanggupan mengasihi dan dikasihi. Yang sanggup mempengaruhi dia
adalah kasih antara orang tua serta hubungan antara orang tua dan anak.
c. Setiap anak
membutuhkan pengenalan akan Tuhan dan yang bertanggung jawab membawa anak
kepada Tuhan adalah orang tua
d. Setiap anak
membutuhkan disiplin. Hal ini berarti harus ada peraturan, kebiasaan, batasan
kelakuan dan akibat, harus ada nasehat, orang tua menganjurkan kelakuan yang
baik dan juga memperbaiki kelakuan yang tidak baik.
e. Setiap anak
membutuhkan kebanggaan diri atau pujian.
Anak-anak adalah insan ciptaan Tuhan, dengan demikian
pemahaman ini harus nampak dan
diwujudnyatakan lewat
pelayanan dalam kehidupan
31 Lauma RJ. Ny, Mendidik dau Mengasuh Anak, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987,
h. 29
berjemaat. Anak-anak adalah buah ciptaan Tuhan yang mana
tugas pemeliharaannya di berikan kepada orang tua dan gereja selaku alat di
dalam tangan Tuhan. Orang tua dan gereja harus mampu melihat atau membaca
keberadaan dan kebutuhan anak-anak sehingga pelayanan yang diberikan
disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Anak-anak juga termasuk dalam persekutuan ikatan
perjanjian dengan Allah. Pada saat anak-anak di baptis, mereka sudah diikat
dalam perjanjian itu dan orang tua berkewajiban mengasuh dan mendidik mereka
dalam takut akan Tuhan. Oleh karena itu orang tua mempunyai tugas yang tidak
boleh dilalaikan. Orang tua sebagai penuntun dan teladan bagi anak-anak. Tugas
orang tua seperti ini merupakan suatu pelayanan yang bertujuan bukan untuk
kepentingan anak-anak saja, melainkan terutama untuk memuliakan nama Tuhan.
Tanggung jawab
orang tua memainkan
peranan penting dalam pelaksanaan pembinaan iman anak dalam
suatu keluarga karena orang tua merupakan wakil Allah yang dipilih dan di
tetapkan langsung oleh Allah untuk mendidik dan mengasuh anak-anak dalam takut
akan Tuhan, orang tua juga merupakan tempat pertama di mana seorang anak
bernaung, tumbuh dan berkembang, oleh karena itu orang tua juga harus
mencerminkan pola hidup kekristenan yang nantinya dianut oleh anak-anak, sebab
hampir setiap orang tua Kristen selalu mengharapkan anak-anaknya menjadi
seorang pemuda Kristen yang patuh dan taat kepada Allah. Banyak orang tua tidak
menyadari bahwa pola hidup mereka dapat menentukan kepribadian anak-anak
mereka.
Tidak dapat disangkal bahwa sebagian dari tugas itu telah
dilaksanakan oleh sekolah dan gereja. Namun orang tua tidak boleh melupakan
bahwa rumah tangga adalah sekolah kehidupan yang utama dan pertama bagi umat
Allah. Dalam Kitab Ulangan 6:6-9 dikatakan bahwa penting sekali bagi orang tua
untuk berjalan dekat dengan Allah untuk memberi teladan yang terbaik bagi
anak-anak. Tuhan Allah berfirman tentang janji dan tuntutanNya kepada orang tua
sebagai pendidik bagi anak-anak. Dalam ayat tersebut, Musa memperhadapkan
bangsa Israel dengan intisari dari perintah-perintah Allah, hukum-hukum Allah
dan menjadikan perintah dan hukum-hukum itu sebagai pokok pembicaraan apabila
mereka dalam keadaan duduk di rumah, apabila mereka sedang dalam perjalanan,
apabila mereka sedang berbaring, apabila mereka bangun.32
Penekanannya adalah bahwa orang tua sebagai contoh dimana anak-anak dapat
meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang tua, anak-anak didorong oleh pola
hidup yang konsisten dari orang tua.
Anak-anak adalah buah ciptaan Allah dan bukan merupakan
makluk yang disepelekan. Anak-anak adalah
milik pusaka Allah
yang
32 Dr. I. J Cairs, Tafsiran Alkitab
[Ulangan Pasal 1-11, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987, h. 134-135.
harus dipelihara oleh karena itu orang tua dan gereja
bertanggung jawab kepada anak-anak dan tugas ini diberikan kepada orang tua dan
gereja sebagi alat di dalam tangan Tuhan.
Bagaimanpun juga anak-anak adalah anggota warga negara
dan juga anggota warga gereja. Karena itu bimbingan dan pembinaan terhadap
anak-anak adalah tanggung jawab dari semua pihak terutama orang tua. Orang tua
berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anak menurut titah dan kehendak dari
Tuhan, dan bukan menurut kehendak orang tua sendiri. Titah dan kehendak Allah
itu merupakan sumber dari orang tua dalam mendidik anak-anak mereka.
Mazmur 127 : 3 - 5 mengungkapkan bahwa anak-anak adalah
bagian pusaka milik Allah. Anak-anak adalah berkat Allah dalam satu keluarga.
Dalam kehidupannya sering anak-anak tidak mengetahui jalan mana yang harus
dilaluinya, karena itu orang tua berkewajiban menuntun dan mengarahkan mereka
berdasarkan kasih Allah. Ajaran dan didikan itu harus di mulai sedini mungkin,
sejak anak-anak dari kecil hingga dewasa ( mandiri ). Dalam Amsal 22 : 6
"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa
tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu". Didikan orang tua pada
masa muda akan mempengaruhi kehidupan anak-anak dikemudian hari. Anak-anak
harus dididik pada jalan yang seharusnya yaitu dalam kebenaran, kesalehan dan
menurut perkembangan jasmani dan mental si anak. Demikian pula besar arti
anak-anak dalam perjanjian baru sehingga Yesus Kristus sendiri berkata: "Biarkan
anak-anak itu datang kepadaKu jangan menghalang-halangi mereka, sebab
orang-orang yang seperti inilah yang empunya kerajaan sorga ( Matius 19 : 13 —
15 ; Markus 10 : 13 - 16 ; Lukas 18 : 15 —17 )" anak-anak berhak mendengar
didikan tentang pengenalan akan Tuhan dan hakekat mereka sebagai orang Kristen.
Dalam Alkitab juga memberi kesaksian kepada kita
bagaimana didikan yang salah dari orang tua sehingga mempunyai dampak dalam
kehidupan anak-anak ( I Samuel 2 : 11 - 26 ). Orang tua harus mendidik
anak-anak untuk mengenal ajaran yang baik. Jangan biarkan anak-anak hanyut
dalam kesalahan dalam hal ini teguran orang tua sangatlah diperlukan agar
anak-anak menyadari kesalahannya. Orang tua yang membiarkan anak-anak hanyut
dalam kesalahan tanpa teguran adalah orang tua yang tidak menjalankan peran dan
fungsinya dengan penuh tanggung jawab. Suatu hal yang penting bagi orang tua
adalah bahwa menerima anak sebagai pemberian Allah yang adalah anugerah bukan
suatu beban dan menerimanya secara bertartanggung jawab. Orang tua memainkan
kembali peranan pencipta yaitu melahirkan ( bagi seorang ibu ), memelihara, dan
membesarkan anak-anak untuk mengabdi kepada Tuhan. Anugerah Allah bukan saja
hak yang harus di terima tetapi juga merupakan kewajiban dan tanggung jawab
yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
Samuel juga sejak kecil sudah diajar, dibimbing untuk
menjadi pelayan Tuhan ( I Samuel 1 : 24 - 28 ), oleh imam Eli, ia sudah
diajarkan tentang panggilan Allah kepadanya. Pada masa kanak-kanak ia begitu
taat mendengarkan ajaran dan nasehat-nasehat imam Eli sehingga ia berkenan di
hati Allah. Dari kisah Samuel ternyata bertolak belakang dengan tingkah laku
anak-anak Eli, mereka tidak mengindahkan Tuhan ( I Samuel 2 : 11-26).
Hana, ibu Samuel mandul. Sudah bertahun-tahun lamanya ia
menjadi sedih. Rothlisberger dalam bukunya "Tafsiran Alkitab I
Samuel" mengatakan bahwa kemandulan Hana tidak terjadi secara kebetulan
saja, melainkan suatu rencana Allah kepada mereka.33 Hana berdoa
kepada Allah dan Allah memberitakan anak kepadanya. Motivasi untuk memperoleh
anak bukan lagi bagi dirinya sendiri, bukan untuk ditimang-timang dan
dipelihara, bukan juga untuk ahli waris suaminya, tetapi ia memohon seorang
anak yang akan mempelopori bangsa Israel di jalan Tuhan.34
Kesaksian-kesaksian diatas menyatakan bahwa anak-anak
merupakan bagian dari perjanjian Tuhan kepada umatNya. Anak merupakan
penggenapan janji Allah, makluk yang paling penting dan sangat berharga.
33 H. Rothlisberger, Tafsiran
Alkitab I Samuel, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1986, h. 17
34 Dr. J Verkuil,
Etika Krisien Seksuil, BPK
Gunung Mulia, Jakarta, 1987, h. 81
Dapat dikatakan bahwa: pengajaran, bimbingan, dan
pembinaan yang dilaksanakan sedini mungkin mempunyai pengaruh yang sangat kuat
bagj perkembangan kehidupan anak-anak dikemudian hari. Hal ini tidak mungkin
terlepas dari peranan orang tua sebagai imam dalam keluarga. Dengan demikian
maka orang tua yang baik dan bertanggung jawab akan mengajar dan mengasuh
anak-anak dengan sungguh-sungguh dan mengharapkan agar nantinya dapat hidup
dalam jalan yang baik. Orang tua di.tuntut untuk mengajar anak-anaknya dalam
hubungan bapak,ibu-anak dan juga bertindak sebagai imam dalam keluarga.
Allah menetapkan orang tua sebagai alat yang penting
untuk menyalurkan pengetahuan tentang jalan Allah, dan dengan melakukan hal
itu, la menyatakan diri-Nya kepada tiap-tiap kepala keluarga sebagai Allah yang
menyelamatkan. Orang tua dapat menolong anak-anak raereka memperkembangkan
kenyakinan berdasarkan firman Allah, melalui pengajaran, teladan dan bimbingan,
yang disertai dengan doa orang tua, dalam menunaikan tugas dan tanggung
jawabnya di dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya. Anak-anak tidak mengenal
pendidikan yang baik jika hal itu tidak diajarkan oleh orang tua. Semua ajaran
dan didikan yang di terapkan kepada anak-anak harus berpedoman pada firman
Allah.
35 Billy Graham, Keluarga
Yang Berpusatkan Kristus, Kalam Hidup, Bandung, 1961, h.37
Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hipotesa yang merupakan
penggalan dua kata “hypo”
( = di bawah ) dan “ thesa” ( =
kebenaran ) Selanjutnya dalam bahasa Indonesia ditulis dengan kata hipotesa
yang selanjutnya berkembang menjadi hipotesis.[10][10]
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara
statistik, hipotesa merupakan
pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel[11][11]
Adapun hipotesIs yang penulis tetapkan dalam skripsi ini adalah Orang
Tua dalam pembinaan Iman anak melalui Sekolah Minggu di Gereja Kristen Jawa Pugeran telah
berperanan..
[1][1] Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia terbaru, Amelia Surabaya, , Cet-1,
Surabaya 2003 , h.297
[2][2] Homrighausen,Dr
dan
Enklaar IH, Dr, Pendidikan Agama Krislen, BPK Gunung
Mulia, Jakarta, 1989, h. 136-137
[3][3] Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius
- Wahyu, Yayasan Kanonisasi Bina Kasih / OMF, Cet-13, Jakarta, 2003, h. 604 –
605
[6][6] Gunarsa Singgih D,Prof Dr, Dasar dan Teori
Perkembangan anak, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987, h. 61
[11][11] Sumadi Suryabrata
( 1983) , Metodelogi
Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada cet-1, 1983, h.
68