Rabu, 26 April 2017

PERAN ORANG TUA DALAM MENGAJARKAN FIRMAN TUHAN BERDASARKAN KITAB ULANGAN PASAL 6

PERAN  ORANG TUA  DALAM MENGAJARKAN FIRMAN TUHAN BERDASARKAN  KITAB  ULANGAN PASAL  6

Pengertian orang tua

Dalam bab sebelumnya telah diuraikan bahwa orang tua adalah orang yang dianggap sudah tua. Dalam suatu keluarga, orang tua adalah ayah dan ibu kandung yang dianggap tua dan perlu dihormati[1][1] yang memiliki kewenangan mutlak dari Allah untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya secara bertanggung jawab.

Tugas dan tanggung jawab orang tua

Tugas orang tua mencakup cara yang dasariah yaitu mula-mula orang tua dipanggil untuk menyatakan kasih Allah kepada anak-anaknya dan itu dilakukan orang tua melalui teladan, pengajaran, tuntunan dalam berbagai bentuk ibadah keluarga.
Orang tua memiliki kewajiban untuk membesarkan, mendidik, membimbing dan memenuhi kebutuhan anak dengan dasar yang benar sesuai dengan firman Allah bahwa orang tua harus membawa anak ke dalam tangan Tuhan melalui pengajaran-pengajaran yang diberikan orang tua. Orang tua harus memberikan contoh atau teladan yang baik bagi anak-anaknya baik itu melalui sikap dan tindakan orang tua dalam kesehariannya, sehingga dapat menjadi panutan yang baik bagi tumbuh kembang seorang anak dalam sebuah keluarga yang sehat dan harmonis baik dari segi jasmani maupun dari segi spiritual.
Memahami pengertian tanggung jawab orang tua sebagai mandataris Allah maka dia harus berperan dan bertanggung jawab atas pertumbuhan Iman anak-anaknya menuju kedewasaan. Kedewasaan iman bukan merupakan sesuatu yang terjadi melalui suatu proses alamiah, karena sebagai orang percaya yakin bahwa Roh Kuduslah yang telah bekerja dalam hidup kita.  Allah sendirilah yang telah menganugerahkan iman kepada setiap orang percaya, dan sekarang tinggal bagaimana ketaatan orang percaya kepada anugerah Allah itu. Mengenai hal ini, maka anak yang juga merupakan anggota tubuh Kristus oleh karena baptisannya perlu di bina serta diarahkan sampai mereka menjadi manusia yang dewasa dalam iman yang kelak mampu mengenal dirinya [2][2]sendiri dan Tuhannya secara benar.
Mengingat bahwa jiwa dan rohani anak mengalami pertumbuhan di dalam kehidupannya maka sedini mungkin anak mengenal Tuhan yang dimulai oleh pengenalan dini. Pengenalan sejak dini merupakan penunjang dalam memasuki pengenalan akan hubungannya dengan Tuhan dan merupakan penunjang yang akan terdorongnya untuk mengetahui lebih jauh tentang keberadaan dirinya. Dalam kondisi ini, dengan adanya pengajaran Firman Tuhan  sangatlah menolong terjadinya perubahan-perubahan sikap yang radikal sehingga ketika dewasa nanti anak tidak merasa asing lagi jika diperhadapkan dengan kenyataan imannya.
Dengan pemberian dasar-dasar agama yang benar, maka anak-anak akan memiliki fondasi yang kuat yang akan memampukannya untuk berdiri sebagai bangunan Allah yang kokoh dan juga dapat menampakkan nilai-nilai keimanannya dan menunjukkan hidup rohani  dalam sikap dan perilakunya. Dengan demikian anak mempunyai kedewasan rohani senyampang terjadinya pertumbuhan fisik, akal dan nalar budi mereka.

Kedewasaan rohani tidak berarti kemudian mengasingkan diri dari kehidupan dunia, sebaliknya dalam kedewasaan ini anak akan memiliki pola hidup yang benar dalam kebenaran yang dimilikinya memampukan dia mengaktualisasikan imannya dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini yang paling mendasar adalah mempersiapkan anak untuk bertumbuh dan berkembang dalam relasi yang benar dengan Tuhan.




Pentingnya pengajaran firman  Tuhan

Dalam Perjanjian Lama kita dapat mengerti bahwa, keluarga adalah tempat yang pertama pendidikan agama diberikan. Sebelum adanya hukum-hukum Musa, kaum Lewi ditetapkan sebagai imam, para nenek moyang Israel  yang menjadi imam atas kaum keluarganya, memimpin keluarganya mempersembahkan korban-korban ke hadirat Allah. Peranan keluarga para nenek moyang  Israel yaitu Abraham, Ishak dan Yakub, besar sekali pengaruhnya terhadap hidup anggota keluarga dan keturunannya. Nenek moyang bangsa Israel menjadi guru bagi seluruh keluarganya yaitu mengajar perbuatan-perbuatan Allah yang besar dan janjiNya membawa berkat bagi bangsa itu turun-temurun.
Orang tua mempunyai tugas yang sama dengan para nabi dan imam yaitu menyampaikan dan meneruskan berita tentang karya keselamatan Allah kepada anak-anak. Ini merupakan tugas yang sangat penting dari orang tua, oleh karena  itu Allah memanggil mereka sebagai orang tua.
Pendidikan bangsa Israel dipusatkan dalam keluarga. Bagi umat Israel, keluarga adalah tempat yang penting dan utama dalam menerapkan pendidikan bagi anak dan ayah bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak. 
Kitab Amsal merupakan kitab didikan. Banyak nasehat yang diberikan kepada anak-anak, yang intinya agar mereka mendengarkan, mentaati dan menuruti didikan ayah maupun ibunya, Dasar didikan itu ialah takut akan Tuhan ( Amsal 1 : 7 ) Dalam pendidikan Israel, ibu-ibu tidak dibebaskan dari tanggung jawab dalam pendidikan anak-anak, mereka aktif mendidik anak-anak perempuan dengan berbagai keterampilan seperti: memasak, menenun, membuat karya-karya seni. Demikian anak-anak juga didorong untuk mendengar pengajaran dari ayah dan tidak meninggalkan ajaran ibunya          ( Amsal 1:8). Ayat itu mempunyai tujuan yang sama dalam membina rohani anak.
Allah memberikan anak-anak kepada setiap orang tua dan Allah menghendaki agar mereka beserta anak-anaknya melayani Dia. Dalam arti bahwa Allah memberikan mereka bukan supaya kita dapat memiliki mereka untuk kepentingan pribadi, tetapi Allah memberikan kepada setiap orang tua   ( keluarga ) supaya mereka dibesarkan demi kemuliaan nama Tuhan, karena anak adalah karunia yang diberikan kepada setiap orang tua.
Tuhan Yesus menyambut anak-anak yang datang kepadanya. Bahkan pentingnya memperhatikan anak, sehingga Tuhan Yesus memberikan sangsi yang sangat keras yaitu menenggelamkan ke dalam  laut ( Matius 18 : 1 – 6 )  Tuhan Yesus sendiri sebagai Anak menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa yang di sorga ( Yoh. 5:36;  8:19, 42, 49 )
Dalam Efesus  6 : 4,  mengandung pengertian bahwa "Allah mau anak-anak dibesarkan dalam ajaranNya". Dalam ayat mi kewajiban seorang ayah sangat diperlihatkan baik secara positif maupun negatif, makna pertama dalam ayat ke empat adalah peringatan kepada  bapa-bapa agar jangan menyakiti hati anak-anaknya, makna kedua adalah perintah untuk melatih anak-anak dalam pendidikan disiplin hidup Kristen[3][3] orang tua yang bijaksana tidak hanya akan mengatakan kepada anak untuk berkelakuan baik, tetapi jauh lebih dari itu oang tua harus membimbing anak mereka untuk menjadi lebih baik. Salah satu pelajaran terpenting yang perlu dipelajari orang tua adalah bercermin pada cara Allah menangani anak-anak.
Allah menetapkan orang tua sebagai alat yang penting untuk menyalurkan pengetahuan tentang siapa  Allah bagai Allah menyelamatkan umat-Nya.Dengan melakukan hal itu, la menyatakan diri-Nya kepada tiap-tiap kepala keluarga sebagai Allah yang menyelamatkan. Orang tua dapat menolong anak-anak raereka memperkembangkan kenyakinan berdasarkan firman Allah, melalui pengajaran, teladan dan bimbingan, yang disertai dengan doa orang tua, dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya di dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya. Anak-anak akan mengenal Firman Tuhan  dengan baik jika hal itu  diajarkan oleh orang tua. Oleh karena itu semua ajaran dan didikan yang di terapkan kepada anak-anak harus berpedoman pada firman Allah.

Tetapi pada kenyataannya   masih   ada   orang   tua,   khususnya   kaum   bapak   yang beranggapan bahwa mendidik anak adalah tanggimg jawab seorang ibu, tentu  saja hal  ini  merupakan pemahaman  yang  salah,  karena Allah memberikan seorang anak dalam keluarga adalah merupakan tanggung jawab orang tua secara bersama untuk membesarkan dan mendidik anak-anak, tanggung jawab ini diberikan langsung oleh Allah kepada orang tua sebagai wakilNya.
Orang tua adalah mandataris Allah untuk membina anak-anaknya oleh karena itu anak-anak harus dipelihara agar menghormati orang tua. Dalam Kolose 3:18- 25, dikatakan bahwa anak-anak juga harus menghormati kedua orang tuanya, karena orang tua adalah wakil Allah bagi anak-anaknya, maka anak wajib menghormati orang tuanya, apabila seorang anak menyakiti hati orang tuanya maka anak itu juga secara otomatis menyakiti Allah. Berdasarkan uraian diatas, nyata bahwa di dalam kitab sucipun juga dinasehatkan kepada orang tua agar senantiasa mendidik anak-anaknya dalam kebenaran dan hal ini adalah tanggung jawab orang tua karena orang tua adalah wakil Allah di dunia untuk dapat melaksanakan salah satu perintah Allah kepada mereka yaitu membesarkan dan mendidik anak-anak dengan baik sesuai dengan perintah Tuhan yang tertulis dalam kitab suci.

Pemahaman  Firman Tuhan dari Kitab  Ulangan Pasal  6

            Kitab Ulangan merupakan bagian akhir kitab Taurat Musa atau Pentateuch. Kitab tersebut mempunyai arti yang besar bagi pembangunan Iman bangsa Israel. Hal itu senada dengan Pembangunan rohani yang dilakukan oleh raja Yosia yang terkenal dengan sebutan reformasi Yosia [4][4]   Kitab Ulangan sangat memperhatikan hidup iman  bangsa Israel yang selalu menghadapi synkretisme atau percampuran agama. Dengan keras kitab Ulangan mengajak Israel agar menjadi bangsa yang memliki ikman yang kuat. Secara khusus pada pasal 6 diingatkan agar takut akan  Tuhan dan beribadah kepada-Nya. Bangsa Israel dilarang menyembah kepada allah lain, karena mereka telah dilepaskan dari perhambaan  di tanah Mesir. Dalam suasana yang kritis itu bangsa Israel harus membangun iman yang kuat melalui kehidupan keluarga. Orang tua harus mengajarkan firma Tuhan kepada anak-anaknya.
Anak-anak Israel harus mengenal siapa Allah dan bagaimana Ia berkarya bagi nenek moyangnya. Pengenalan itu dilakukan melalui pengajaran Firman Tuhan, yang berupa sejarah nenek moyang Israel.  Demikian juga hukum-hukum diberikan agar mereka hidup dan bertingkah laku  sesuai dengan kehendak Tuhan.
Perbuatan Tuhan hendaknya dipahami dan dilakukan oleh bangsa Israel dan keturunannya. Musa mengajarkan kepada orang tua bangsa Israel agar mereka mengajarkan perbuatan Allah kepada anak mereka   ( Ulangan 6:6-9 ). Hal ini berarti orang tua sebagai bagian dari umat Allah di tugaskan untuk mengajarkan tentang Allah kepada anak-anaknya. Pengajaran itu dilaksanakan secara lisan dan tidak di batasi oleh ruang dan waktu. Jelaslah bahwa keluarga merupakan tempat yang pertama dimana anak-anak memperoleh pendidikan dan pengajaran, sehingga anak-anak mengenal Allah sebagai penciptanya. Para orang tua harus tekun mengajar kepada anak-anak mereka, karena Allah sendiri yang mengamanatkan tugas itu sebagai tanggung jawab orang tua. Melalui keluarga, Tuhan memberi mandat khusus kepada orang tua untuk memelihara dan mendidik anak-anak sesuai dengan perintah dan kehendak Allah. Orang tua merupakan mitra Tuhan untuk menyampaikan berita keselamatan kepada anak-anak.
Orang tua mempunyai tugas yang sama dengan para nabi dan imam yaitu menyampaikan dan meneruskan berita tentang karya keselamatan Allah kepada anak-anak. Ini merupakan tugas yang sangat penting dari orang tua, oleh karena  itu Allah memanggil mereka sebagai orang tua.

Dalam Kitab Ulangan 4 : 9 diperintahkan bahwa, “ ...tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu, seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu.
Ayat tersebut mengandung maksud agar orang tua mau menhyampaikan firman Tuhan dengan cara berceritera , pada saat  duduk di dekat atau di pangkuan orang tuanya.  Kesempatan yang sangat indah tidak boleh berlalu tetapi dipergunakan untuk menyampaikan firman Tuhan.
            Orang tua berfungsi sebagai pengajar-pengajar yang pertama  dalam kehidupan anak-anak. Terutama ayah sebagai kepala keluarga mengumpulkan anak-anak mereka untuk memberikan pengajaran-pengajaran tentang hukum Allah ( Ulangan 6: 20 - 25 )[5][5] 

Cara-cara pengajaran Firman Tuhan
Dalam Kitab Ulangan  6 : 6 – 9  sangat rinci dan jelas bagaimana  bangsa Israel mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anaknya ;
1.     Mengajarkan secara berulang-ulang
2.     Membicarakan di berbagai kesempatan, baik saat santai, bangun tidur maupun dalam perjalanan
3.     Mengajarkan dengan menggunakan tanda pengingat yang berupa tali di tangan, lambing di dahi dan tulisan pada tiang pintu dan pada pintu gerbang

Tujuan Orang tua mengajarkan Firman Tuhan
Inti dari maksud Firman Tuhan disampaikan ialah agar manusia mengenal Allah, mengimani dan mengajarkan kepada orang lain termasuk anak-anaknya. Secara mendasar pengajaran Firman Tuhan banyak diungkapkan dalam Kitab Amsal.   anak  bertujuan  supaya anak memiliki pengenalan akan Tuhan  dan kehendak-Nya. Hal itu banyak di, mempersiapkan  anak   untuk  melaksanakan  tugas  panggilan   gereja,   dan menciptakan sumber daya warga gereja yang berkualitas, Kritis dan realistis. Oleh karena itu hal ini perlu diperhatikan oleh setiap orang tua dalam mendidik anak,  namun orang tua juga harus ingat bahwa anak adalah pemberian Tuhan berarti anak adalah sepenuhnya milik Tuhan, orang tua hanyalah wakil  Allah  dimana anak  dititipkan.  Dalam  pembinaan  iman terhadap anak orang tua bertanggung jawab penuh tidak hanya kepada anak tetapi juga kepada Allah dan juga seorang anak haruslah berbakti atau taat kepada orang tua karena orang tua adalah wakil Allah dalam hidup sang anak. Jadi anak juga bertanggung jawab kepada orang tua dalam hal kepatuhan dan juga memiliki tanggung jawab kepada Allah sebagai anak-anak Allah. Hal ini harus  dimengerti  terlebih  dahulu  oleh  setiap  orang  tua, sehingga di  dalam mendidik, mengasuh dan membimbing anak dapat dilakukannya dengan pengertian yang baik dan benar sehingga tidak terjadinya kekerasan atau penindasan, pemaksaan kepada anak di dalam melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan tuntutan orang tua. orang tua hanyalah mendidik dan membimbing anak untuk bisa memiliki pengetahuan secara baik dan bertanggung jawab sebagai bekal bagi anak dikemudian hari, serta tugas mengawasi anak dalam perkembangannya sampai kelak ia dewasa dan mampu berdiri diatas kemandiriannya sendiri secara baik dan bertanggung jawab.
Pembinaan iman anak harus disertai dengan perhatian secara universal terhadap pola pertumbuhan dan perkembangan anak yang meliputi segi fisik, sosial, Psikis dan Spiritual ( rohani ). Hal ini disebabkan karena kemampuan dan kebutuhan anak berbeda-beda sesuai dengan tahapan perkembangannya.[6][6] Dengan perhatian kepada tingkatan-tingkatan perkembangan anak maka akan mudah untuk membantu anak dalam mengembangkan dirinya.
Dalam melaksanakan tugas mengajarkan firman Tuhan kepada  anak memang tidaklah merupakan pekerjaan yang mudah. Tugas itu harus dilakukan dengan segenap jiwa, segenap kekuatan, dan segenap akal budi dan juga perlu mencurahkan segenap perhatian dan waktu dengan tujuan mengusahakan agar anak yang kita asuh menjadi sehat dari segala segi sehingga pada waktunya nanti mereka juga dapat menjadi orang yang mandiri dan kuat.[7][7] Hal ini tentu merupakan tugas yang sangat berat bagi setiap orang tua tetapi jika setiap orang tua yang sadar akan tugas dan tanggung jawab ini, maka ia akan melaksanakannya dengan baik,  bertanggung jawab dan sukacita. Hal itu karena Tuhan yang adalah sumber segala kekuatan yang akan memampukannya di dalam setiap tugas dan tanggung jawabnya.
Seperti telah dijelaskan diatas, bahwa dalam pertumbuhan rohani anak orang tualah yang bertanggung jawab penuh (meskipun hal ini juga merupakan tugas gereja), maka orang tua haruslah memberikan contoh teladan yang baik melalui ajaran-ajaran yang diberikannya ataupun melalui kehidupan sehari-harinya baik itu pola atau sikap, tindakan, perbuatan dan tutur katanya, karena anak-anak cenderung belajar dari apa yang mereka jalani dalam kehidupan mereka. Mereka menyerap pengetahuan tentang dunia melalui kejadian-kejadian yang mereka alami dan amati.[8][8]

Lingkungan rumah merupakan tempat atau kelas pertama bagi seorang anak untuk belajar tentang sesama dan dunia, oleh karena itu suasana di rumah atau dalam keluarga haruslah diciptakan suasana yang kondusif, nyaman bagi segenap anggota yang ada didalamnya sehingga disitu dapat tercermin kasih Allah yang memancar dalam setiap pribadi yang ada di dalamnya. Sehingga anak akan merasa nyaman dan memiliki ketenanagan jiwa dan batin dalam hubungannya dengan kedua orang tuanya.
Jika orang tua berbicara tentang kasih dan kepedulian, tetapi tidak ada kehangatan di rumah, maka anak justru akan lebih dipengaruhi oleh kenyataan di balik kata-kata tersebut oleh karena itu orang tua harus mencerminkan cinta kasih di dalam keluarga baik itu dari sikap maupun sifat dan tindakannya sehingga dapat menjadi panutan bagi anak-anaknya dalam mewujudkan suatu hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak dan hubungan antara keduanya ( orang tua dan anak) dengan Tuhan selaku sang pencipta. Orang tua bisa saja menyuruh anak dengan sikap yang tidak konstan pada saat tertentu ia bertindak secara lembut dan  pada saat yang lain mereka justru saling memaki. Hal ini merupakan suatu kenyataan yang sering terjadi dalam sebuah keluarga, namun diharapkan setiap orang tua memiliki pemahaman yang benar mengenai hidup berkeluarga karena di dalam keluarga itu terdapat ayah, ibu dan anak yang merupakan suatu kesatuan yang harus saling mengasihi dan orang tua adalah yang paling dewasa bagi anak-anaknya sehingga orang tua dituntut untuk memiliki cara pandang dan cara hidup yang baik sebagai teladan bagi anak-anak.
Dari penjelasan di atas mengenai tujuan pembinaan iman anak, diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan yang bermakna bagi setiap keluarga terutama orang tua dalam mengemban amanat yang diberikan Tuhan sehingga di dalam melaksanakan amanat atau perintah tersebut orang tua dapat melaksanakan fungsinya dengan baik dan benar secara bertanggung jawab sehingga dapat mengahasilkan generasi-generasi penerus Allah yang memiliki iman kepada Allah dan mampu bertanggung jawab dalam segala aspek kehidupannya baik itu tanggung jawab kepada Allah, orang tua, gereja dan masyarakat. Menciptakan generasi-generasi penerus yang berkualitas, kritis, dan realistis.

PERTUMBUHAN ROHANI ANAK SEKOLAH MINGGU

Pentingnya Pertumbuhan rohani  anak

Allah sendirilah yang telah menganugerahkan iman kepada setiap orang percaya, dan sekarang tinggal bagaimana ketaatan orang percaya kepada anugerah Allah itu. Mengenai hal ini, maka anak yang juga merupakan anggota tubuh Kristus oleh karena baptisannya perlu di bina serta diarahkan sampai mereka menjadi manusia yang dewasa dalam iman  yang kelak mampu mengenal dirinya sendiri dan Tuhannya secara benar[9][9].
Mengingat bahwa jiwa dan rohani anak sangat penting untuk mengalami pertumbuhan di dalam kehidupannya maka sedini mungkin anak mengenal Tuhan. Pengenalan dini merupakan penunjang dalam memasuki pengenalan akan hubungannya dengan Tuhan dan merupakan penunjang yang akan mendorongnya untuk mengetahui lebih jauh tentang keberadaan dirinya. Dalam kondisi ini, dengan adanya pengajaran akan Firman Tuhan maka sangatlah menolong terjadinya perubahan-perubahan sikap yang radikal sehingga ketika dewasa nanti anak tidak merasa asing lagi jika diperhadapkan dengan kenyataan  hidup rohaninya.
Dengan pemberian dasar-dasar agama yang benar, maka anak-anak akan memiliki fondasi yang kuat yang akan memampukannya untuk berdiri sebagai bangunan Allah yang kokoh dan juga dapat menampakkan nilai-nilai keimanan dan kedewasaan rohaninya dalam sikap dan perilakunya . Dalam  Amsal 22 : 6 dinyatakan "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu". Didiklah orang tua pada masa muda akan mempengaruhi kehidupan anak-anak dikemudian hari. Anak-anak harus dididik pada jalan yang seharusnya yaitu dalam kebenaran, kesalehan dan menurut perkembangan jasmani dan rohani anak.

Ciri-Ciri Pertumbuhan rohani anak
1.     Anak mampu berdoa sendiri
Doa merupakan komunikasi dengan Tuhan. Doa juga disebut sebagai  nafas bagi orang beriman . Keluarga merupakan inti dari persekutuan orang-orang beriman. Oleh karena itu doa pribadi setiap anggota keluarga termasuk anak-anak adalah penting bagi  kehidupan rohani keluarga sebab hal itu sebagai tanda kehadiran Tuhan dalam keluarga
Doa merupakan unsur penting dalam proses pembentukan keluarga tersebut karena melalui doa dapat memberikan kekuatan dan pengharapan dalam menjalani kehidupan dalam keluarga. Tanggung jawab utama dalam mengajarkan doa tidak dapat dilimpahkan kepada sekolah atau bahkan gereja. Perawatan kehidupan rohani yang mendasar adalah di rumah. Allah bermaksud menjadikan rumah sebagai tempat pribadi-pribadi pertama kali belajar menghormati dan mengasihi Allah.
Berbicara mengenai doa di rumah, kita mesti memulainya dari orang tua. Athmosfir yang diciptakan oleh ayah dan ibu akan menunjukan apa yang penting dalam kehidupan mereka, Doa akan mempunyai makna sebagaimana yang diberikan oleh orang tua.

2.     Anak mempunyai  mengenalan akan Tuhan secara baik. Pertumbuhan  rohani tidak berarti kemudian mengasingkan diri dari kehidupan dunia, sebaliknya dalam pembentukan rohani yang dewasa  pada  anak asehingga  memiliki pola hidup yang benar dalam kebenaran yang dimilikinya memampukan dia mengaktualisasikan imannya dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini yang paling mendasar adalah mempersiapkan anak untuk bertumbuh dan berkembang dalam relasi yang benar dengan Tuhan.
3.     Anak mempunyai rasa senang berangkat ke Sekolah Minggu
            Sekolah Minggu merupakan salah satu tugas gereja yang membantu orang tua dalam pertumbuhan rohani  anak. Disana anak-anak akan dididik untuk mengenal kuasa dan kasih Allah, oleh karena itu orang tua perlu membawa anak-anaknya untuk ikut serta ambil bagian menjadi murid-murid sekolah minggu.

4.     Anak sadar rela untuk memberikan  persembahan.

Tujuan  pertumbuhan rohani anak

1.     Pertumbuhan rohani  merupakan proses menuju kedewasaan rohani  anak. Proses pertumbuhan rohani  anak pada hakekatnya dalam rangka mempersiapkan, membentuk dan membangun sikap hidup anak agar ketika dewasa anak mampu mengenal jati dirinya dan mampu bersikap sesuai dengan berlandaskan firman Tuhan  yang menjadi pandangan hidupnya
2.     Pertumbuhan rohani anak bertujuan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang semakin lama semakin berat. Dengan pemahaman akan firman Tuhan  benar, maka anak-anak akan memiliki fondasi yang kuat yang akan memampukannya untuk berdiri sebagai bangunan Allah yang kokoh dan juga dapat menampakkan hidup rohaninya  yang nampak dalam  sikap dan perilakunya

















6. )  Penyediaan Bacaan Kristen
Untuk membangkitkan minat baca anak-anak bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Bisa jadi membaca adalah sebuah pekerjaan berat bagi anak-anak, maka perlu orang tua membimbing dan mengarahkan anak-anak untuk membaca. Minat baca pada diri anak-anak harus dibangkitkan sejak masih kecil sehingga membaca bukan merupakan beban melainkan menjadi kesenangan bagi mereka. Untuk membangkitkan minat baca anak-anak dapat di tempuh dengan memberikan motif-motif yang kuat tentang manfaat dan kegunaan membaca bagi mereka, cara-cara lain yaitu dengan merangsang melalui buku-buku cerita atau bacaan-bacaan yang bergambar yang menjadi kesenangannya.
Dalam rangka membina iman anak, dapat ditempuh dengan cara menyediakan bacaan Kristen dalam keluarga. Baik berupa cerita-cerita Alkitab, ataupun buku-buku bacaan Kristen lainnya. Melalui bacaan-bacaan Kristen tersebut diharapkan mampu merangsang pertumbuhan iman anak.
Banyak buku-buku Kristen diterbitkan untuk menambah pengetahuan seseorang tentang ajaran-ajaran agama Kristen. Dengan membaca, pengetahuan anak-anak akan semakin diperluas dan keyakinan mereka semakin diperdalam. Oleh karena itu orang tua perlu membimbing dan mengarahkan mereka untuk membaca buku-buku sebagai bekal pengetahuan.
Dari buku-buku yang dibaca itu, dapat mengilhami anak-anak untuk melakukan perbuatan-perbuatan atau gagasan-gagasan yang luar biasa bagi perluasan kerajaan Allah di dunia ini.

7.)   Nyanyian
Nyanyian merupakan ungkapan jiwa. Nyanyian rohani mempunyai expresi iman yang perlu dikembangkan pada setiap pribadi anak. Oleh karena itu orang tua dihadapkan dapat memperkenalkan lagu-lagu Kristen kepada anak-anak sejak usia dini, dengan tujuan agar dari sedini mungkin seorang anak dapat mengenal kasih Allah melalui pujian-pujian yang dinyanyikannya. Orang tua dapat mengajarkan kepada anak-anak bahwa betapa pentingnya sebuah naynyian sehingga anak dapat mengerti bahwa melalui lagu yang mereka nyanyikan itu juga adalah hal yang menyenangkan hati Tuhan.
Melalui nyanyian-nyanyian rohani juga bertujuan melatih anak-anak memuji Tuhan dan mengasihi Tuhan lewat sebuah lagu. Melalui nyanyian-nyanyian itu, anak semakin hari akan merasa menernukan kedekatannya dengan Tuhan sehingga anak-anak juga akan merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya.

5. Hambatan Yang Di Hadapi Dalam Pembinaan Iman Anak
a.   Keterbatasan Orang Tua
Dalam mendidik anak tentu tidak telepas dari kemampuan orang tua baik itu dari segi pengetahuan maupun dari segi ekonomi. Keduanya saling berkaitan. Mendidik anak membutuhkan pengetahuan yang baik dari orang tua agar dalam mengarahkan anak menuju proses pendewasaan diri agar tidak salah arah. Oleh karena itu orang tua haras memperlengkapi diri dengan baik terutama dari segi pengetahuan mengenai pola mendidik anak.
Perkembangan seorang anak dalam setiap keluarga akan berbeda satu dan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh pola asuh yang berbeda dalam setiap keluarga karena memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Anak yang berasal dari latar belakang keluarga yang sibuk, pendidikan orang tua yang minim atau pengetahuan dan pemahaman orang tua yang minim akan sangat mempengaruhi perkembangan anak dikemudian hari. Hal tersebut merupakan suatu keterbatasan yang ada pada orang tua selaku ayah dan ibu. Orang tua yang berada dalam kondisi seperti ini kebanyakan berasal dari masyarakat desa yang lemah secara pengetahuan akan pola didik bagi anak. Oleh karena itu, perlu dipahami oleh setiap orang tua bahwa dalam mewujudkan generasi penerus yang baik dibutuhkan pola didik yang baik dan benar sedini mungkin. Orang tua harus menyadari keterbatasan yang ada pada dirinya dan mau membuka din unruk belajar menjadi orang tua yang memiliki pengetahuan yang baik dalam mendidik anak-anaknya dan tentunya semua dilakukan atas dasar cinta kasih demi perkembangan masa depan anak tersebut.
Jika orang tua tetap berada dalam kondisi keterbatasannya, tanpa disadari atau tidak hal ini dapat menjadi penghambat dalam tumbuhkembangnya seorang anak dengan baik karena kurang atau tidak adanya pola didik yang benar dalam keluarga. Agar dapat tumbuh dengan baik seorang anak harus dibekali dengan pola didik yang baik pula. Pola didik yang baik adalah curahan perhatian orang tua yang membawa anak pada pengenalan akan Tuhan. Pengenalan akan Tuhan adalah dasar dari segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini. Jika pengenalan akan Tuhan tercipta dengan baik maka ada pengendalian diri yang baik pula dalam pribadi orang tersebut. Dengan mengacu pada keterbatasan yang ada pada orang tua maka perlu adanya suatu solusi yang harus diberlakukan oleh gereja dan keluarga dalam hal mengupayakan guru Les Pendidikan Agama Kristen Bagi Anak. Dengan mendatangkan guru Les PAK bagi anak akan membantu keterbatasan yang ada pada orang tua baik itu dari segi pengetahuan maupun waktu dapat teratasi, sekaligus dapat memberikan kontribusi pengetahuan bagi orang tua dalam hal pendidikan iman anak. Walaupun demikian, orang tua tetap menjalankan fungsinya dalam memantau perkembangan iman anak.

b.   Kesibukan Orang Tua
Ketika orang tua sudah tidak lagi bisa membagi waktu dengan anak-anaknya oleh karena kesibukannya maka hal ini merupakan bahaya dalam keluarga karena pembentukan pribadi anak yang seharusnya berdasarkan pengamatan orang tua sudah tidak lagi berfungsi dengan semestinya.
Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa kesibukan orang tua oleh karena pekerjaan ( Karier ) juga semata-mata demi kepentingan keluarga termasuk kepentingan anak-anak (dalam hal kebutuhan ekonomi) hal tersebut menurut orang tua juga merupakan faktor yang penting. Namun perlu disadari oleh setiap orang tua bahwa pemahaman yang demikian ada sisi positif maupun negatimya. Dari sudut pandang positif: kebutuhan keluarga ( termasuk anak-anak ) dapat terpenuhi. Tetapi jika dilihat dari sudut pandang negatif: apabila orang tua hanya memberikan perhatian penuh pada karier atau pekerjaannya lebih utama dibanding memberikan perhatian bagi anak-anaknya atau bahkan tidak ada waktu bagi anak, maka hal tersebut tentunya menjadi sebuah keprihatinan dalam keluarga tersebut, dimana si-anak akan merasa kurang mendapatkan kasih sayang atau bahkan tidak sama sekali. Hal ini tentunya menjadi sebuah dilema bagi si-anak karena kurangnya hubungan yang baik antara orang tua dan anak.
Dari penjelasan diatas terlihat jelas bahwa seorang anak tidak hanya membutuhkan perhatian orang tua dari segi materi saja tetapi anak juga lebih membutuhkan kehangatan kebersamaan dengan kedua orang tuanya, dimana anak juga membutuhkan perhatian yang lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan ekonomi. Anak membutuhkan perhatian berupa kasih sayang melalui sapaan yang indah, lembut, hangat dan bersahaja, canda tawa dan sebagainya. Oleh karena itu hal ini juga sangat penting bagi para orang tua untuk memahami akan kebutuhan-kebutuhan anak sehingga para orang tua diharapkan dapat mencurahkan segala perhatiannya secara berimbang dalam hal tanggung jawabnya terhadap anak-anaknya.


c.    Kurangnya Komunikasi
Diakui atau tidak kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak-anak dapat menjadi faktor penghambat bagi perkembangan iman anak karena bagaimana seorang anak dapat mengenal Allah dan kehendakNya kalau orang tua tidak pernah menceriterakan tentang Allah dan Karya-karyaNya yang besar kepada anak-anak. Hal ini bisa saja terjadi dalam suatu keluarga apabila tidak ada waktu khusus dari orang tua untuk berceritera kepada anak-anak. Kurangnya komunikasi juga dapat mengakibatkan hubungan yang kurang harmonis antara orang tua dan anaknya.

d.   Lingkungan Pergaulan Yang Tidak Mendukung
Anak tidak hanya dibentuk di dalam lingkungan rumah atau keluarga. Perkembangannya yang sehat atau tidak sehat ikut dipengaruhi oleh lingkungan sekitamya. Tergantung lingkungan mana yang paling kuat di dalam membentuk kepribadiannya. Selain lingkungan keluarga, lingkungan diluar juga turut membentuk perkembangan seorang anak. Yang termasuk bagian dari lingkungan tersebut adalah:
a.   Teman bermain disekitar rumah atau di tempat lain
b.    Lingkungan sekolah
c.    Luigkungan kegiatan keagamaan
Lingkungan-lingkungan tersebut diatas dapat membentuk anak melalui pengaruh yang diterimanya, entah itu pengaruh positif ataupun pengaruh negatif. Untuk itu seorang anak yang kurang mendapatkan perhatian dan bimbingan dari orang tua, akan lebih senang berada diantara teman-temaan bermainnya yang tidak selalu merupakan teman-teman yang berkepribadian cukup terbina. Lingkungan sekolah dapat menjadi lingkungan yang sangat membantu untuk membentuk seorang anak menjadi anak yang rajin dan tertib. Demikian juga lingkungan kegiatan keagamaan antara lain : sekolah minggu,pengetahuan alkitab, kegiatan remaja dapat memberi andil yang besar bagi kepentingan pembentukan kepribadian. Lingkungan sekolah maupun lingkungan keagamaan merupakan lingkungan-lingkungan yang turut dalam pembentukan kepribadian anak. Lingkungan yang menarik dan bebas bagi keterlibatan seorang anak adalah lingkunagan bermainnya, karena itu disiplin dalam keluarga yang kurang baik akan gagal mengendalikan perkembangan seorang anak terhadap pengaruh lingkungan bermainnya.
Hal ini memang membutuhkan perhatian khusus dan kejelian dari orang tua dalam mengawasi anak-anaknya sebab ketika seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang salah maka akan mempengaruhi perkembangan anak tersebut baik sikap, tingkah laku (dari segi psikisnya) yang akan mempengaruhi perkembangan jiwanya maupun kehidupan spiritualnya (dari segi iman). Dengan demikian orang tua memiliki peranan penting dalam mengawasi anak dalam lingkungan bermainnya.

e.   Pengaruh Negatif Media Massa
Media massa yang ada pada saat ini, baik itu media cetak maupun media elekronika yang tidak terpisahkan lagi dari kehidupan manusia yang mempunyai fungsi sebagai penghubung atau saluran antar pelaku-pelaku komunikasi yaitu memberi pesan dan menerima pesan di dalam membahas bersama atau proses komunikasi terhadap sesuatu masalah atau persoalan.29
Dengan demikian media massa ini sangat praktis dan berdaya guna tinggi dimana untuk mengemukakan suatu ide atau gagasan atau pemikiran antara dua pihak atau lebih, dapat menggunakan media massa ini sehingga lebih hemat waktu dan tenaga.
Penggunaaan media massa baik itu yang berupa media cetak maupun media elektronika sebenarnya bertujuan memanfaatkan kemampuan teknik dari media massa itu sendiri untuk menyebarkan pesan kepada khalayak umum sehingga dapat mencapai sasaran baik itu melalui pembaca,  pendengar  maupun pemirsa yang  secara teoritis
 
29 Dr. Phil Astrid S Susanto, Komunikasi Massa I Bina Cipta, 1986, h. 73
dalam jumlah yang besar dalam waktu atau saat yang bersamaan.30 Tujuan tersebut jelas mengutamakan kepraktisan efesiensi tenaga, waktu maupun alat-alatnya, dengan demikian, apabila semakin canggih media yang digunakan maka akan semakin banyak dan semakin baik pula tujuan-tujuan yang bisa dicapai. Hal ini berarti nilai kepraktisan dan nilai efesiensi dari media massa semakin nampak sehingga kaitannya sebagai alat kominikasi dengan kehidupan manusia sehari-hari makin erat.
Media massa dapat berupa media cetak seperti surat kabar (Koran), majalah, buku-buku, spanduk, dan lain sebagainya. Dapat juga berupa media elektronik seperti radio dan televisi. Dewasa ini baik media cetak maupun media elekronik telah mengalami kemajuan atau perkembangan yang dapat dikatakan pesat, sehingga sapai di pelosok-pelosok desapun kita dapat menemukan atau melihat adanya berbagai media tersebut. Namun hal ini juga meninggalkan dampak negatif bagi kita, karena media massa sekarang ini banyak menampilkan hal-hal yang tidak mendidik dan hal-hal yang tidak dapat secara keseluruhan bisa dikonsumsi oleh masyarakat umum baik itu dari  anak-anak  sampai  pada orang  dewasa dan orang tua (adanya

 
30  Ibid. h. 74
batasan-batasan umur dalam membaca, melihat tanyangan-tanyangan yang disuguhkan oleh media massa saat ini).
Melalui paparan diatas, tentunya hal tersebut juga menjadi sebuah keprihatinan dimana nilai-nilai agama dan moral terabaikan, mulai adanya pergeseran nilai-nilai moral dalam masyarakat. Jika dikaitkan dalam hal pembinaan dan perkembangan anak, maka tentunya hal-hal tersebut juga turut mempengarungi perkembangan anak dan pengaruh yang diberikan dapat berdampak negatif pada diri anak tersebut.
Artikel televisi disamping memiliki nilai positif sebagai media hiburan dan media informasi, tetap juga memiliki efek negatif, sebab jika tidak bisa melakukan kontrol diri, televisi bisa menjadikan orang-orang Indonesia khususnya anak-anak menjadi bersifat pasif, hidup di "awang-awang" dan mengalami ketergantungan. Oleh karena itu perlu adanya kontrol diri dalam masyarakat dan dalam setiap keluarga misalnya dengan aturan menonton televisi seperlunya agar tidak terjadi pola ketergantungan.
Dengan adanya pekembangan media massa saat ini perlu adanya pengawasan dari orang tua terhadap anak-anaknya sehingga anak tidak terjebak pada hal-hal negatif yang disuguhkan oleh media-media massa tersebut.
Anak-anak cenderung tertarik pada sesuatu yang dianggapnya sesuatu yang baru, lucu dan menarik baginya tanpa memikirkan dampak dari hal-hal tersebut, misahiya:
1.  Ketika seorang anak terlalu asyik bermain Play station ( P.S ), akan berakibat si-anak tersebut melupakan tugas-tugas pelajarannya atau bahkan mungkin sudah tidak tertarik lagi dengan tugas-tugas pelajaran sekolahnya, jika tidak ada kontrol dari orang tua.
2.  Ketika seorang anak mulai melihat atau membaca di media-media massa yang menampilkan tayangan-tayangan maupun gambar-gambar yang kurang sopan atau bahkan gambar-gambar porno yang disajikan oleh media-media tersebut dan anak belum cukup dewasa dalam memahami dan mengerti akan hal-hal tersebut akan menimbulkan sebuah tanda tanya yang menjadi ketidak jelasan dalam dirinya, maka hal ini juga sangat mempengaruhi perkembangan jiwa, iman anak. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian dan bimbingan orang tua terhadap anaknya   dalam   mengkonsumsi   setiap   pesan   atau   berita   yang disampaikan lewat media-media massa saat ini.


C. PERANAN ORANG TUA DALAM PEMBINAAN IMAN ANAK
1.   Anak Sebagai Basis Pelayanan Utama Dalam Keluarga
Anak-anak adalah manusia kecil dengan segala kebutuhan. Setiap anak membutuhkan perasaan harga diri, dalam hal ini anak perlu dihargai. Adapun kebutuhan -kebutuhan tersebut antara lain:31
a.  Anak perlu ketentraman, keamanan. Ini berarti harus ada hubungan baik antara  ayah, ibu serta anak-anak di dalam kasih sayang dan disiplin yang tinggi.
b.  Setiap anak membutuhkan kesanggupan mengasihi dan dikasihi. Yang sanggup mempengaruhi dia adalah kasih antara orang tua serta hubungan antara orang tua dan anak.
c.   Setiap anak membutuhkan pengenalan akan Tuhan dan yang bertanggung jawab membawa anak kepada Tuhan adalah orang tua
d.  Setiap anak membutuhkan disiplin. Hal ini berarti harus ada peraturan, kebiasaan, batasan kelakuan dan akibat, harus ada nasehat, orang tua menganjurkan kelakuan yang baik dan juga memperbaiki kelakuan yang tidak baik.
e.  Setiap anak membutuhkan kebanggaan diri atau pujian.
Anak-anak adalah insan ciptaan Tuhan, dengan demikian pemahaman ini harus  nampak  dan  diwujudnyatakan lewat  pelayanan  dalam  kehidupan
 
31 Lauma RJ. Ny, Mendidik dau Mengasuh Anak, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987, h. 29
berjemaat. Anak-anak adalah buah ciptaan Tuhan yang mana tugas pemeliharaannya di berikan kepada orang tua dan gereja selaku alat di dalam tangan Tuhan. Orang tua dan gereja harus mampu melihat atau membaca keberadaan dan kebutuhan anak-anak sehingga pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Anak-anak juga termasuk dalam persekutuan ikatan perjanjian dengan Allah. Pada saat anak-anak di baptis, mereka sudah diikat dalam perjanjian itu dan orang tua berkewajiban mengasuh dan mendidik mereka dalam takut akan Tuhan. Oleh karena itu orang tua mempunyai tugas yang tidak boleh dilalaikan. Orang tua sebagai penuntun dan teladan bagi anak-anak. Tugas orang tua seperti ini merupakan suatu pelayanan yang bertujuan bukan untuk kepentingan anak-anak saja, melainkan terutama untuk memuliakan nama Tuhan.
Tanggung jawab   orang  tua  memainkan  peranan  penting  dalam pelaksanaan pembinaan iman anak dalam suatu keluarga karena orang tua merupakan wakil Allah yang dipilih dan di tetapkan langsung oleh Allah untuk mendidik dan mengasuh anak-anak dalam takut akan Tuhan, orang tua juga merupakan tempat pertama di mana seorang anak bernaung, tumbuh dan berkembang, oleh karena itu orang tua juga harus mencerminkan pola hidup kekristenan yang nantinya dianut oleh anak-anak, sebab hampir setiap orang tua Kristen selalu mengharapkan anak-anaknya menjadi seorang pemuda Kristen yang patuh dan taat kepada Allah. Banyak orang tua tidak menyadari bahwa pola hidup mereka dapat menentukan kepribadian anak-anak mereka.
Tidak dapat disangkal bahwa sebagian dari tugas itu telah dilaksanakan oleh sekolah dan gereja. Namun orang tua tidak boleh melupakan bahwa rumah tangga adalah sekolah kehidupan yang utama dan pertama bagi umat Allah. Dalam Kitab Ulangan 6:6-9 dikatakan bahwa penting sekali bagi orang tua untuk berjalan dekat dengan Allah untuk memberi teladan yang terbaik bagi anak-anak. Tuhan Allah berfirman tentang janji dan tuntutanNya kepada orang tua sebagai pendidik bagi anak-anak. Dalam ayat tersebut, Musa memperhadapkan bangsa Israel dengan intisari dari perintah-perintah Allah, hukum-hukum Allah dan menjadikan perintah dan hukum-hukum itu sebagai pokok pembicaraan apabila mereka dalam keadaan duduk di rumah, apabila mereka sedang dalam perjalanan, apabila mereka sedang berbaring, apabila mereka bangun.32 Penekanannya adalah bahwa orang tua sebagai contoh dimana anak-anak dapat meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang tua, anak-anak didorong oleh pola hidup yang konsisten dari orang tua.
Anak-anak adalah buah ciptaan Allah dan bukan merupakan makluk  yang  disepelekan. Anak-anak  adalah  milik  pusaka  Allah  yang
 
32 Dr. I. J Cairs, Tafsiran Alkitab [Ulangan Pasal 1-11, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987, h. 134-135.

harus dipelihara oleh karena itu orang tua dan gereja bertanggung jawab kepada anak-anak dan tugas ini diberikan kepada orang tua dan gereja sebagi alat di dalam tangan Tuhan.
Bagaimanpun juga anak-anak adalah anggota warga negara dan juga anggota warga gereja. Karena itu bimbingan dan pembinaan terhadap anak-anak adalah tanggung jawab dari semua pihak terutama orang tua. Orang tua berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anak menurut titah dan kehendak dari Tuhan, dan bukan menurut kehendak orang tua sendiri. Titah dan kehendak Allah itu merupakan sumber dari orang tua dalam mendidik anak-anak mereka.
Mazmur 127 : 3 - 5 mengungkapkan bahwa anak-anak adalah bagian pusaka milik Allah. Anak-anak adalah berkat Allah dalam satu keluarga. Dalam kehidupannya sering anak-anak tidak mengetahui jalan mana yang harus dilaluinya, karena itu orang tua berkewajiban menuntun dan mengarahkan mereka berdasarkan kasih Allah. Ajaran dan didikan itu harus di mulai sedini mungkin, sejak anak-anak dari kecil hingga dewasa ( mandiri ). Dalam Amsal 22 : 6 "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu". Didikan orang tua pada masa muda akan mempengaruhi kehidupan anak-anak dikemudian hari. Anak-anak harus dididik pada jalan yang seharusnya yaitu dalam kebenaran, kesalehan dan menurut perkembangan jasmani dan mental si anak. Demikian pula besar arti anak-anak dalam perjanjian baru sehingga Yesus Kristus sendiri berkata: "Biarkan anak-anak itu datang kepadaKu jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti inilah yang empunya kerajaan sorga ( Matius 19 : 13 — 15 ; Markus 10 : 13 - 16 ; Lukas 18 : 15 —17 )" anak-anak berhak mendengar didikan tentang pengenalan akan Tuhan dan hakekat mereka sebagai orang Kristen.
Dalam Alkitab juga memberi kesaksian kepada kita bagaimana didikan yang salah dari orang tua sehingga mempunyai dampak dalam kehidupan anak-anak ( I Samuel 2 : 11 - 26 ). Orang tua harus mendidik anak-anak untuk mengenal ajaran yang baik. Jangan biarkan anak-anak hanyut dalam kesalahan dalam hal ini teguran orang tua sangatlah diperlukan agar anak-anak menyadari kesalahannya. Orang tua yang membiarkan anak-anak hanyut dalam kesalahan tanpa teguran adalah orang tua yang tidak menjalankan peran dan fungsinya dengan penuh tanggung jawab. Suatu hal yang penting bagi orang tua adalah bahwa menerima anak sebagai pemberian Allah yang adalah anugerah bukan suatu beban dan menerimanya secara bertartanggung jawab. Orang tua memainkan kembali peranan pencipta yaitu melahirkan ( bagi seorang ibu ), memelihara, dan membesarkan anak-anak untuk mengabdi kepada Tuhan. Anugerah Allah bukan saja hak yang harus di terima tetapi juga merupakan kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya,
Samuel juga sejak kecil sudah diajar, dibimbing untuk menjadi pelayan Tuhan ( I Samuel 1 : 24 - 28 ), oleh imam Eli, ia sudah diajarkan tentang panggilan Allah kepadanya. Pada masa kanak-kanak ia begitu taat mendengarkan ajaran dan nasehat-nasehat imam Eli sehingga ia berkenan di hati Allah. Dari kisah Samuel ternyata bertolak belakang dengan tingkah laku anak-anak Eli, mereka tidak mengindahkan Tuhan ( I Samuel 2 : 11-26).
Hana, ibu Samuel mandul. Sudah bertahun-tahun lamanya ia menjadi sedih. Rothlisberger dalam bukunya "Tafsiran Alkitab I Samuel" mengatakan bahwa kemandulan Hana tidak terjadi secara kebetulan saja, melainkan suatu rencana Allah kepada mereka.33 Hana berdoa kepada Allah dan Allah memberitakan anak kepadanya. Motivasi untuk memperoleh anak bukan lagi bagi dirinya sendiri, bukan untuk ditimang-timang dan dipelihara, bukan juga untuk ahli waris suaminya, tetapi ia memohon seorang anak yang akan mempelopori bangsa Israel di jalan Tuhan.34
Kesaksian-kesaksian diatas menyatakan bahwa anak-anak merupakan bagian dari perjanjian Tuhan kepada umatNya. Anak merupakan penggenapan janji Allah, makluk yang paling penting dan sangat berharga.
 
33 H. Rothlisberger, Tafsiran Alkitab I Samuel, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1986, h. 17
34 Dr. J Verkuil, Etika Krisien Seksuil, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987, h. 81
Dapat dikatakan bahwa: pengajaran, bimbingan, dan pembinaan yang dilaksanakan sedini mungkin mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagj perkembangan kehidupan anak-anak dikemudian hari. Hal ini tidak mungkin terlepas dari peranan orang tua sebagai imam dalam keluarga. Dengan demikian maka orang tua yang baik dan bertanggung jawab akan mengajar dan mengasuh anak-anak dengan sungguh-sungguh dan mengharapkan agar nantinya dapat hidup dalam jalan yang baik. Orang tua di.tuntut untuk mengajar anak-anaknya dalam hubungan bapak,ibu-anak dan juga bertindak sebagai imam dalam keluarga.
Allah menetapkan orang tua sebagai alat yang penting untuk menyalurkan pengetahuan tentang jalan Allah, dan dengan melakukan hal itu, la menyatakan diri-Nya kepada tiap-tiap kepala keluarga sebagai Allah yang menyelamatkan. Orang tua dapat menolong anak-anak raereka memperkembangkan kenyakinan berdasarkan firman Allah, melalui pengajaran, teladan dan bimbingan, yang disertai dengan doa orang tua, dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya di dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya. Anak-anak tidak mengenal pendidikan yang baik jika hal itu tidak diajarkan oleh orang tua. Semua ajaran dan didikan yang di terapkan kepada anak-anak harus berpedoman pada firman Allah.
 
35 Billy Graham, Keluarga Yang Berpusatkan Kristus, Kalam Hidup, Bandung, 1961, h.37
Hipotesis
Hipotesis berasal dari kata hipotesa yang merupakan penggalan  dua kata hypo” ( = di bawah ) dan “ thesa” ( = kebenaran ) Selanjutnya dalam bahasa Indonesia ditulis dengan kata hipotesa yang selanjutnya berkembang menjadi hipotesis.[10][10] Hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesa merupakan pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel[11][11]
Adapun hipotesIs yang penulis tetapkan dalam skripsi ini adalah Orang Tua  dalam pembinaan Iman anak melalui Sekolah Minggu di Gereja Kristen Jawa Pugeran telah berperanan..           




[1][1] Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia terbaru, Amelia Surabaya, , Cet-1, Surabaya 2003 , h.297

[2][2] Homrighausen,Dr dan Enklaar IH, Dr, Pendidikan Agama Krislen, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1989, h. 136-137

[3][3] Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius - Wahyu, Yayasan Kanonisasi Bina Kasih / OMF, Cet-13, Jakarta, 2003, h. 604 – 605

[4][4] Blommmendaal J Dr, Pengantar Perjanjian Lama , BPK Gunung Mulia Jakarta
[5][5] Abineno,Jl Ch, Dr Sekitar Katekese Gerejawi, BPK Gunung Mulia, Cet Ke-2, Jakarta, 1989, h.56
[6][6] Gunarsa Singgih D,Prof Dr,  Dasar dan Teori Perkembangan anak, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987, h. 61
[7][7] Susie Wiriadinata, Orang tua Idaman., Lembaga Literalur Babtis, Cet-2, Bandung, 1999,     h. 16

[8][8] Marjoric L. Thompson, Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan, BPK Gunung Mulia,

[9][9] Homrighausen Dr. dan Enklaar IH, Dr, Pendidikan Agama Krislen, Op. cit   h. 136-137

                [10][10] Arikunto Suharsimi ( 2006) , Presedur Penelitian,  Jakarta, PT Rineka Cipta, cet. Ketigabelas, h. 71
[11][11] Sumadi Suryabrata ( 1983) , Metodelogi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada cet-1, 1983, h. 68