BAB I
PENDAHULUAN
Istilah “penginjilan”
sudah menjadi satu istilah yang umum, dan erat hubungannya dengan kehidupan
gereja di sepanjang zaman. Karena penginjilan adalah perintah Yesus yang harus
dilaksanakan oleh setiap orang percaya. Penginjilan bukan hanya tugas hamba
Tuhan atau organisasi Gereja tertentu, tetapi tugas semua yang percaya. Dalam
Alkitab, baik dalam kitab-kitab Perjanjian Baru mau pun dalam kitab-kitab
Perjanjian Lama, kata “penginjilan” tidak ditemukan secara hurufiah. Pada
hakikatnya kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu “eύaggeliξω” dibaca “evanggeliso” artinya:
“mengumumkan, memberitakan, atau membawa kabar baik.[1] dan
“memproklamasikan Injil atau menjadi pembawa kabar baik di dalam Yesus” [2]
Dalam konteks aslinya kata “evanggeliso” merupakan satu
istilah yang dipakai dalam kemiliteran Yunani. Kata ini memiliki arti “upah
yang diberikan kepada pembawa berita kemenangan dari medan tempur, dan
atau berita kemenangan itu sendiri.” [3]. Kemudian
orang Kristen menggunakan kata “evanggeliso”
untuk menjelaskan “berita” tentang pengorbanan dan atau karya Yesus Kristus.[4]
Kata “evanggeliso” sinonim dengan
kata “κερισσω” dibaca “kerysso.” Kata ini pada
mulanya adalah satu istilah yang dipakai untuk seorang utusan resmi (utusan itu
disebut “Kerux”) yang
menyampaikan pengumuman dari raja.[5] Kata ini
dalam bahasa Yunani memiliki arti mengumumkan sebagai seorang bentara, atau
memproklamasikan kabar baik. Pengumuman tersebut pada hakikatnya sangat
penting, sehingga tidak dapat dibantah atau ditunda. [6]
Kitab Perjanjian Lama menggunakan
kata yang paralel dengan “kerysso”
yaitu “qầrầ,”yang artinya
“berseru.”[7] Dalam kitab
Septuaginta (LXX) kata “kerysso”
dipakai lebih dari 30 kali, baik dalam arti sekular tentang pengumuman
resmi raja-raja, maupun dalam arti agamawi tentang pengucapan kenabian (Yes
61:1; Yoel 1:14; Zak 9:9).[8] Sedangkan dalam kitab-kitab Perjanjian Baru
kata “kerysso” dipakai
sebanyak 60 kali. [9]
Dalam kitab-kitab Perjanjian Baru
digunakan kata lain yang berhubungan dengan penginjilan seperti kata “διδασχω” dibaca “didasko” artinya mengajar, atau
mengajarkan.[10] Tuhan Yesus
sering menggunakan penginjilan dengan cara ini, contoh penggunaannya dicatat
dalam Matius 10: 7-15; 4: 23; 7: 28; 9:35; Markus 1:21; 6:6; Lukas 10: 4-12.
Kata kedua yaitu: “μαρτυρεω”
dibaca “martureo” artinya
bersaksi, atau menyampaikan kesaksian berdasarkan apa yang dialami.[11] Penginjilan
dengan cara ini juga dipakai oleh para rasul (Kis 2: 40).
Setelah menyelidiki arti kata
“penginjilan” secara etimologis, maka “penginjilan” adalah:
1.
Tugas untuk mengumumkan atau
memberitakan kabar baik, dan atau kabar keselamatan di dalam Yesus Kristus,
kepada orang-orang yang belum percaya kepada Yesus.
2. Dilakukan
dengan cara menyerukannya seperti seorang utusan raja yang sedang mengumumkan
satu dekrit, yaitu dengan suara yang keras dan tegas, dan dapat juga dilakukan
dengan mengajar seperti kepada seorang murid, dan dengan bersaksi berdasarkan
apa yang dialami oleh pemberita Injil tersebut.
3. Tugas
penginjilan tidak dapat dibantah dan atau dilalaikan karena berita itu
menyangkut keselamatan jiwa banyak orang yang dikasihi oleh pemberi perintah,
yaitu Yesus yang adalah Tuhan sang pemberi hidup yang kekal.
BAB II
TINJAUAN
HISTORIS MENGENAI KOTA FILIPI
Paulus adalah warga negera Rom
tetapi dididik di Yerusalem dalam asuhan Gamaliel dari golongan Farisi. Paulus
dipanggil oleh Tuhan pada waktu dalam perjalanan ke Damsyik untuk menganiaya
umat Tuhan. Tetapi dalam misi tersebut Tuhan memanggil dia bukan menjadi penganiaya
jemaat tetapi menjadi pemberita Injil bagi semua orang, semua suku dan bangsa. Salah
satu daerah yang menjadi sasaran pemberitaan Injil adalah kota Filipi.
Latar Belakang
Kota
Filipi dulunya bernama Krenides.
Kredines dalam bahasa Yunani adalah krene yang artinya mata air. Kota ini
terletak di daerah pedalaman Yunani tepatnya di Via Egnatia yakni satu jalan yang menjadi
penghubung antara daerah timur dan barat Romawi. Nama Filipi
berasal dari nama seorang raja Makedonia, Filipus II, yang melakukan penyerangan
antara tahun 360-356 SM dan berhasil menaklukkan kota ini.[12]
Banyak
dari penduduk kota Filipi adalah para budak dan veteran perang. Penyebabnya,
pada tahun 42 SM
telah terjadi peperangan antara Brutus dan Cassius melawan Antonius dan Augustus yang
dimenangkan Antonius dan Augustus. Perang terulang kembali pada tahun 31 SM kali ini
Augustus mengalahkan Antonius dan diangkat menjadi kaisar. Orang-orang yang
mendukung Antonius
pun dibuang ke Filipi. Tidak mengherankan bila para budak, veteran perang,
penduduk pribumi dan para pemimpin kota berbaur di kota ini.[13]
Sementara
itu, kelompok orang-orang Yahudi ditemukan sangat sedikit jumlahnya di Filipi. Terbukti
dengan tidak ditemukannya rumah ibadah Yahudi kecuali sebuah rumah sembahyang
yang terletak di luar kota. Keterangan ini berdasarkan laporan Paulus tentang
perjalanannya di Filipi sebagaimana yang tercatat dalam Kisah
Para Rasul 16:13.
Kota Filipi adalah kota yang pertama kali dikunjungi Paulus dalam perjalanannya
di Eropa.[14]
Keadaan
Jemaat
Jemaat
Filipi didirikan Paulus sekitar tahun 49-50.[15]
Jemaat di Filipi terdiri dari orang-orang Kristen bukan Yahudi (Kis.16:33b),
orang -orang Yahudi yang sudah menjadi Kristen (Kis.16:13)
dan disebutkan pula orang-orang yang takut akan Tuhan (Kis.
16:14). Orang Roma dan Yunani sebagian besar berbahasa Yunani
walaupun latin merupakan bahasa resmi.
Hubungan
Paulus dengan jemaat ini terjalin dengan baik bahkan jemaat Filipi menyatakan
kesediaan mereka untuk memberikan dukungan finansial terhadap pelayanan Paulus
melalui perantaraan Epafroditus. Namun, di dalam kehidupan berjemaat di
Filipi rupanya ada sekelompok orang yang menentang Paulus seperti tertulis
dalam Filipi
1:27-30; 2:21. Paulus menyatakan kritikannya kepada orang-orang ini
secara tajam dalam Filipi 3:2.
Cukup banyak wanita menjadi anggota jemaat di Filipi. Di antara mereka adalah Sintikhe dan Euodia yang
seringkali tidak sehati dan sepikiran dalam pelayanannya.[16]
Saat Paulus sampai di kota Filipi dia tinggal beberapa hari disana (Kis 16:12).
Kehidupan rohani orang Filipi ditandai oleh sinkritisme termasuk pemujaan
kaisar (Julius, Augustus, dan Claudius), ilah Mesir, Isis dan serapis, juga
banyak ilah lainnya. Saat hari sabat datang Paulus datang keluar kota ke sungai
untuk mencari tempat berdoa. Pergi ke Sungai
Gangites (atau sungai Crenides), kira-kira1.5 miles jauhnya, dengan harapan
menemukan “tempat pertemuan” orang Yahudi. [17]
BAB III
STRATEGI
PENGINJILAN PAULUS DI FILIPI
Rasul Paulus dikenal sebagai seorang
penginjil atau pemberita Injil yang hebat. Hal itu disebabkan karena Paulus
tidak pernah menyerah dalam memberitakan Injil sekalipun ada banyak tantangan
yang dihadapi, namun ia tetap setia memberitakan Injil sampai akhir hidupnya (Kis.16:23;
2 Tim.4:6-8) dengan metode atau strategi yang efektif di setiap tempat dalam
hal ini adalah Filipi.
Kata “strategi” adalah: pertama ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa(-bangsa)
untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dl perang dan damai; kedua
ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dl perang, dl
kondisi yg menguntungkan: sbg komandan ia memang menguasai betul -- seorang
perwira di medan perang; ketiga, rencana yg cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; keempat, tempat yg baik menurut
siasat perang;.[18]
Dengan demikian dalam pelayanan
Paulus selalu dipersiapkan, direncanakan dengan baik agar dapat mencapai tujuan
yakni Injil dapat disampaikan dan diterima oleh setiap para pendengar. Seperti
dalam ungkapannya kepada jemaat di Korintus bahwa: “sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang
sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya,
seluruhnya supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku
sendiri di tolak” (1Kor 9:26-27). Dalam arti bahwa dalam memberitakan
Injil, Paulus sangat bersungguh-sungguh baik dalam mempersiapkan diri maupun
pada saat mengkomunikasikan Injil. Paulus tidak asal-asalan dalam melayani
Tuhan tetapi melayani dengan tekun sampai mati. Teladan ini patut diteladani
oleh setiap orang percaya dalam hal melayani Tuhan khususnya dalam memberitakan
Injil.
Pendekatan
Secara Pribadi
Keberadaan pemberita Injil, erat
hubungannya dengan pribadi seseorang dimana Injil itu akan diberitakan.
Mengabarkan Injil secara pribadi adalah pemberitaan Injil dalam hidup
sehari-hari, dimana seorang yang telah mengenal Kristus berupaya memperkenalkan
Kristus kepada orang lain dan mengajaknya menerima Kristus. Lalu orang yang
baru menerima Kristus itu dibimbing menjadi saksi Kristus
Setiap orang mempunyai kepribadian
sendiri, Ia harus didekati sesuai dengan kepribadiaannya. Kepribadian sukar
dirumuskan karena setiap manusia memiliki sifat dan watak yang berbeda. Menurut
pendapat D.W. Ellis dalam bukunya metode penginjilan mengatakan bahwa “Unsur
kepribadian antara lain adalah akal atau kecerdasan, parasaan, kemauan”[19]. Karena itu
penginjil harus berusaha mengkomunikasikan Injil kepada akal seseorang,
sehingga perasaannya digerakkan dan kemauannya diserahkan kepada Yesus Kristus.
Manusia tak mungkin mengemban tugas ini dengan kepandaiannya sendiri.
Karena itu harus belajar mengenal
pribadi seseorang, dan menyesuaikan pola
pendekatan dan bobot berita Injil yang akan disampaikan dengan kepribadian
orang itu. 1 Korintus 9:19-23 mengatakan Aku menjadikan diriku hamba dari semua
orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Sebagai Hamba Allah
yang diperkaya dengan segala hikmat Tuhan jangan terpaku dengan satu metode
tertentu, melainkan menerapkan prinsip-prinsip umum dengan menyesuaikannya pada
kebutuhan pendengar yang juga tidak menyimpang dari kebenaran.
Pada metode ini Rasul Paulus
melakukan pendekatan secara pribadi agar dapat menjangkau setiap pribadi yang
belum mengenal Tuhan contohnya :
Pertama, Paulus
dipimpin Roh Kudus sebelum Paulus menjangkau setiap pribadi yang akan di
Injili.
Kedua, Paulus
taat pada pimpinan Roh Kudus untuk tidak memberitakan Injil di Asia
(Kis.16:6-7). Tetapi oleh tuntunan Roh Kudus lewat penglihatan Paulus dan Silas
memberitakan Injil di Filipi.
Terhadap
Perempuan-Perempuan (Lidia)
Ketika Paulus dan Silas tiba di
Filipi mereka mulai memberitakan Injil lewat pendekatan Pribadi terhadap
perempuan-perempuan yang beada di tempat sembahyang orang Yahudi (Sinagoge).
Salah satu perempuan yang ikut mendengar adalah Lidia. Ia seorang penjual kain
ungu dari kota Tiatira yang beibadah kepada Allah. Dan Tuhan membuka hatinya
dan ia beserta seisi rumahnya memberi diri untuk dibaptis oleh Paulus.
Terhadap
Perempuan Yang Memiliki Roh Tenung
Kehidupan rohani jemaat Filipi sebelumnya
diliputi dengan kepercayaan kepada peramal atau tenung. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia kata “tenung” atinya: Pertama,
kepandaian dan sebagainya untuk mengetahui (meramalkan) sesuatu yang gaib
(seperti meramalkan nasib, mencari orang hilang): juru (tukang, pandai)--; kedua, ilmu hitam untuk mencelakakan
orang.[20] Pengertian serupa juga dijelaskan dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
Jilid II, bahwa tenung artinya:
Pertama, mencoba mengetahui
sebelumnya atau dari jauh suatu peristiwa yang tak dapat dilihat dengan cara
biasa. Seperti nubuat. Kedua, tenung
terdapat dalam banyak bentuk, digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu:
tenaga batin seperti kesurupan, dukun, penglihatan dan memakai alat nyata seperti
pasir, tongkat, isi perut binatang korban (hati), atau zaman sekarang daun teh.[21]
Dengan demikian maka umat Allah dilarang untuk
menggunakan tenung karena menggunakan kekuatan gaib yang mana bisa mencelakakan
orang lain dan perlu diketahui bahwa keberhasilan, keuntungan dan nasib semua
itu ditentukan oleh Tuhan yang Maha Kuasa bagi setiap umat-Nya jadi bukan
ditentukan oleh peramal atau manusia. Seperti Perempuan yang memiliki roh
tenung ini memperoleh penghasilan besar dari hasil tenungan-tenungan tetapi dia
sangat mengganggu dalam pelayanan Paulus karena itu dengan pertolongan Roh
Kudus perempuan tersebut dilepaskan dari
roh-roh itu.
Terhadap Kepala Penjara
Pemberitan Injil di Filipi menghasilkan hasil yang
baik atau positif karena banyak orang yang mendengar Injil menjadi percaya,
tetapi dengan demikian dampak negatif juga terjadi yakni Paulus dan Silas
ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara karena dianggap mengacaukan kota dan
mengajarkan ajaran adat istiadat orang Yahudi kepada orang Rum (Kis.16:19-24).
Di dalam penjara Paulus dan Silas tidak takut terhadap ancaman atau aniaya yang
mereka alami, justru mereka berdoa dan memuji Tuhan. Mereka tidak menyerah atau
berhenti memberitakan Injil karena itu mereka berhasil keluar dari penjara
dengan tidak kekurangan sesuatu yang baik, bahkan para prajurit yang
berjaga-jagapun tidak tahu jikalau Paulus dan Silas telah keluar dari penjara.
Semua karena pertolongan dan kuasa Tuhan agar Injil semakin di sebarkan.
Peristiwa ajaib yang di alami oleh Paulus dan
Silas membuat kepala penjara dan seisi rumahnya percaya kepada Yesus dan
memberi diri dibaptis.
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah penulis mengamati dan
mempelajari strategi pengijilan yang dilakukan oleh Rasul Paulus dalam kitab
Kisah Para Rasul 16:13-40, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1.
Melalui
strategi pendekatan pribadi dalam penginjilan yang dilakukan oleh Rasul Paulus
pada masa pelayanannya, maka strategi yang digunakan masih relevan dan dapat
diterapkan oleh para penginjil masa kini tanpa mengurangi nilai kebenaran
Firman Allah. Karena yang dilayani adalah pribadi-pribadi yang membutuhkan
perhatian khusus atau sentuhan kasih dari sesama. Seperti halnya Lidia, Kepala
Penjara dan perempuan-perempuan lainya di Filipi yang membuka hatinya bagi Yesus.
2.
Penginjilan
menjadi sarana untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal
Yesus sehingga mereka menerima Tuhan sebagai Juruselamat dan memperoleh
keselamatan.
3. Di dalam memberitakan Injil tidak hanya hal
positif yang dialami artinya banyak orang menjadi percaya kepada Yesus, tetapi hal
negatifpun menyertai keberhasilan Injil, artinya tantangan, penganiayaan yang
menimpa para pemberita Injil seperti Paulus dan Silas alami di Filipi, namun mereka
tidak putus asa dan justru dalam keadaan demikia banyak orang menjadi percaya
seperti kepala penjara dan seisi rumahnya percaya.
STRATEGI PENGINJILAN PAULUS DI FILIPI
DALAM KITAB KISAH PARA RASUL 16:13-40
Tugas Makalah Diserahkan Kepada
Dosen...........................................
Sebagai Bagian dari Mataakuliah
.........................................
O
L
E
H
Nama: Sarce Agustina Boboy
NIM :..................
SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA INJILI INDONESIA (STTII)
Kupang, 01 Juni 2015
- Strategi Paulus http://www.sabdaspace.org/integritas_dan_strategi_penginjilan_paulus_menurut_surat_galatia
Strategi penginjilan adalah
berbagai metode
penyampaian Injil supaya memudahkan penginjil menyampaikan berita
Injil, sehingga penginjilan menjadi lebih efektif. Strategi yang
cocok disuatu tempat, belum tentu cocok di tempat lain. Dengan
demikian tidak ada satu metode pun yang dapat dimutlakan
penggunaannya. Dan yang perlu diingat, sebaik apapun strategi yang
digunakan, tidak mampu membuat seseorang datang kepada Allah kecuali
dengan pertolongan Roh Kudus. Namun demikian, bukan berarti startegi
penginjilan tidak perlu. Penginjilan tanpa strategi seperti seorang
yang pergi berperang tanpa perencanaan. Baik strategi maupun
pengandalan diri pada kuasa Roh Kudus, keduanya dibutuhkan dalam
menginjili.
penyampaian Injil supaya memudahkan penginjil menyampaikan berita
Injil, sehingga penginjilan menjadi lebih efektif. Strategi yang
cocok disuatu tempat, belum tentu cocok di tempat lain. Dengan
demikian tidak ada satu metode pun yang dapat dimutlakan
penggunaannya. Dan yang perlu diingat, sebaik apapun strategi yang
digunakan, tidak mampu membuat seseorang datang kepada Allah kecuali
dengan pertolongan Roh Kudus. Namun demikian, bukan berarti startegi
penginjilan tidak perlu. Penginjilan tanpa strategi seperti seorang
yang pergi berperang tanpa perencanaan. Baik strategi maupun
pengandalan diri pada kuasa Roh Kudus, keduanya dibutuhkan dalam
menginjili.
Paulus selalu serius dengan
pemberitaan Injilnya.
Ia tahu bahwa ada banyak tantangan yang harus dihadapi ketika ia
memberitakan Injil. Oleh sebab itu, Paulus mempunyai strategi dalam
memberitakan Injil. Ada beberapa strategi yang dilakukannya dalam
menginjili, yang dapat dijadikan model penginjilian yang efektif
yaitu:
Ia tahu bahwa ada banyak tantangan yang harus dihadapi ketika ia
memberitakan Injil. Oleh sebab itu, Paulus mempunyai strategi dalam
memberitakan Injil. Ada beberapa strategi yang dilakukannya dalam
menginjili, yang dapat dijadikan model penginjilian yang efektif
yaitu:
- Ia
mendirikan gereja kota. Ia mendirikan jemaat Kristus di kota-kota
besar yang startegis seperti Filipi, Efesus, dsb. Tujuannya agar
sebanyak mungkin orang mendengar berita Injil. Setelah jemaat kuat
dijadikan pusat pemberitaan Injil, dan kemudian jemaat itu mengutus
Paulus dan mendukung pelayanannya ke tempat yang baru. Paulus
menginjili ke tempat yang memungkinkan adanya hubungan yang lebih
jauh dengannya, supaya ada komunikasi. Paulus menulis surat kepada
jemaat-jemaat yang ia dirikan. - Tempat
yang digunakan untuk memberitakan Injil tempat-tempat umum yang
sangat strategis, yaitu di sinagoge, dipasar-pasar, dirumah-rumah,
dan ditempat belajar (Tiranus, Kis. 19:9). - Di manapun keberadaannya tidak menghalangi Paulus
untuk memberitakan
Injil. Misalnya : di penjara. - 17Rasul
Paulus mengabarkan Injil di dalam rumah yang mereka kunjungi atau
singgahi (Kis. 20:20; 20:31). - Paulus
melakukan penginjilan lintas budaya. Untuk menghindari terjadinya
miss communication (kesalahpahaman) akibat perbedaan
worldview, seperti peristiwa di Listra (Kis. 14:8-18). Oleh sebab
itu dalam kesempatan penginjilan yang lainnya Paulus masuk melalui
worldview daerah setempat.
Worldview adalah pandang
semesta/ dunia, atau
asumsi apa yang mendasari, atau tindakan yang mendasari sebuah
kebudayaan. Sebagai contohnya ialah dalam Kis.17 dalam peristiwa di
Athena. Langkah pertama yang dilakukannya ialah menyelidiki worldview
orang-orang Athena. Hal ini ditunjukan dalam ayat 17 yaitu dengan
cara bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi, orang-orang yang
takut akan Tuhan, serta orang-orang dipasar yang dijumpainya. Selain
itu dalam ayat yang ke 23 dikatakan bahwa ia berjalan-jalan di kota
itu dan melihat-lihat barang pujaan orang Athena. Dan ia menemukan
worldview yang mendasari tindakan ibadah orang-orang Athena yatiu
tulisa pada mezbah persembahan mereka yang berbunyi, “ Kepada Allah
yang tidak dikenal.”
asumsi apa yang mendasari, atau tindakan yang mendasari sebuah
kebudayaan. Sebagai contohnya ialah dalam Kis.17 dalam peristiwa di
Athena. Langkah pertama yang dilakukannya ialah menyelidiki worldview
orang-orang Athena. Hal ini ditunjukan dalam ayat 17 yaitu dengan
cara bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi, orang-orang yang
takut akan Tuhan, serta orang-orang dipasar yang dijumpainya. Selain
itu dalam ayat yang ke 23 dikatakan bahwa ia berjalan-jalan di kota
itu dan melihat-lihat barang pujaan orang Athena. Dan ia menemukan
worldview yang mendasari tindakan ibadah orang-orang Athena yatiu
tulisa pada mezbah persembahan mereka yang berbunyi, “ Kepada Allah
yang tidak dikenal.”
Dari
bunyi tulisan ini Paulus menemukan cara untuk masuk kepada
penginjilan. Ia berkata kepada orang Athena bahwa Allah yang tidak
mereka kenal itu adalah Allah yang ia beritakan. Allah yang
menciptakan segala sesuatu dan memberi hidup kepada semua orang (ayat
24-25). Ini menunjukan bahwa Allah yang Paulus beritakan adalah Allah
yang menciptakan orang Athena juga. Kemudian sampai kepada inti Injil
yaitu Yesus yang mati dan bangkit (ayat 31).
bunyi tulisan ini Paulus menemukan cara untuk masuk kepada
penginjilan. Ia berkata kepada orang Athena bahwa Allah yang tidak
mereka kenal itu adalah Allah yang ia beritakan. Allah yang
menciptakan segala sesuatu dan memberi hidup kepada semua orang (ayat
24-25). Ini menunjukan bahwa Allah yang Paulus beritakan adalah Allah
yang menciptakan orang Athena juga. Kemudian sampai kepada inti Injil
yaitu Yesus yang mati dan bangkit (ayat 31).
- Dalam
Kis.17:28 Paulus bertolak dari prinsip-prinsip Stoa serta
mengutip penyair-penyair Yunani. Paulus disini tidak hanya
mengundang perhatian dan simpati, tetapi perhatian untuk kesamaan
antara pandangan dunia filsafat popular dan agama Kristen juga
membantu membuka Injil kepada orang yang tidak terbiasa dengan
Alkitab Yahudi. Sementara ia menggunakan bahasa Stoa,
pantheisme Stoa yang impersonal sudah di alihkan menjadi
monotheisme yang personal. - Paulus
berlaku sebagai orang Yahudi ketika menginjili orang Yahudi (1
Kor.9:19-20). Ini berarti, Paulus hidup mengikuti budaya orang
Yahudi. Tujuannya adalah untuk memenangkan orang Yahudi. Tetapi
dalam hal ini Paulus tidak kehilangan integritas dan tidak mengikuti
hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Dengan berlaku
seperti orang Yahudi, ia berharap dapat diterima atau dapat masuk
dalam lingkup orang Yahudi, dan ddengan demikian ia dapat leluasa
memberitakan Injil Kristus. - Filipi Paulus, Silas, dan Timotius menginsafkan seorang
wanita bernama Lidia, mengusir roh jahat, dan dipukuli (Kis. 16:11–23).
Mereka menerima pertolongan ilahi untuk meloloskan diri dari tahanan (Kis.
16:23–26).
- 21.
PAULUS DI PENJARA FILIPI
Penganiayaan demi Tuhan
a) Difitnah (16: 21).
b) Ditentang (16: 22).
c) Didera(16: 22).
d) Dipenjarakan (16: 23-24).
2. Pekerjaan dalam penjara
2.1 Berdoa dalam penjara (16:25).
a) Semasa berada dalam kelemahan dan kesusahan,
Tuhan adalah sandaran kita (Mzm 46: 1; 62: 8; 91: 2).
b) Janganlah khuatir, nyatakanlah segalanya (Flp
4: 6-7).
2.2 Pujian dalam penjara (16: 25).
a) Bersukacitalah sentiasa (1 Tes 5: 16).
b) Bersukacita dalam pengujian (Yak 1: 2; 1 Pet
4: 12).
c) Kerana berkat dari atas adalah besar (Mat 5:
11-12).
d) Percaya akan kehendak baik Tuhan (Rom 8: 28).
2.3 Memberitakan injil dalam penjara (Kis 16:
30-34).
a) Melihat nilai kerja pemberitaan injil melebihi
nyawa (Kis 20:24).
b) Tidak berani melupakan amanat Tuhan (Kis 26:
18-19).
(D http://www.tjcsabah.com/?p=2617
BAB I
PENDAHULUAN
Roh Kudus merupakan penolong yang
lain tetapi dari satu jenis yaitu Allah sendiri. Roh Kudus adalah janji
Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya. Di dalam Kisah Para Rasul diceritakan
bahwa para rasul menerima kuasa dari Roh Kudus sehingga mereka dapat melakukan
mujizat. Dalam gereja mula-mula yang didirikan para rasul peran Roh Kudus
sangat penting. Roh Kudus yang mendiami setiap orang yang telah percaya
kepada Kristus membuat kehidupan mereka berubah drastis. Dalam I Korintus
1:26 adalah bukti tentang berubahnya orang-orang yang telah menerima Roh Kudus
di dalam hati mereka karena percaya kepada Yesus. Jemaat mula-mula sangat
pesat pertumbuhannya walaupun didera penderitaan yang sangat besar.
Dikaitkan dengan masa sekarang kekristenan
berkembang di seluruh dunia. Roh Kudus masih bekerja sampai sekarang
dalam kehidupan berjemaat. Peran Roh Kudus dalam jemaat zaman sekarang
hal yang penting yang memberikan dorongan untuk memberitakan kabar baik yaitu
Injil keselamatan. Berkembangnya berbagai denominasi gereja membuat
teologi dan doktrin tentang Roh Kudus semakin variatif. Namun yang
menjadi penekanan adalah bagaimanapun doktrin yang diajarkan penerapan karya
Roh Kudus dalam karunia Roh sangat besar. Karunia Roh yang berkembang
sekarang dijadikan satu pemicu untuk menjadi kesaksian bagi orang-orang yang
belum percaya. Banyak kebaktian kebangunan rohani yang diadakan yang
memberikan karunia penyembuhan sebagai sarana kesaksian dan pembuktian bagi
semua orang bahwa Roh Kudus bekerja sampai sekarang dan akan terus bekerja
sampai selamanya. Kehidupan yang baru dari buah pertobatan adalah kunci
untuk menerima janji tentang pimpinan Roh Kudus.
BAB II
PERAN ROH
KUDUS BAGI ORANG PERCAYA
Sebagai orang percaya, Roh Kudus
mempunyai peran penting dalam menumbuhkan kerohanian. Dalam setiap aspek
kehidupan, Roh Kudus menjadi sangat sentral. Tanpa Roh Kudus, hidup orang
percaya tidak mempunyai arti sama sekali. Karena Roh Kuduslah orang
percaya dapat mengenal Allah Bapa dan Yesus.
- Membawa
kepada kebenaran
Banyak orang percaya yang terus
mencari akan kebenaran firman Allah. Tanpa Roh Kudus, tidak ada seorang
pun yang akan memahami setiap kata yang ada dalam firman Tuhan. Walaupun
seseorang itu sangat pintar tapi tanpa Roh Kudus, dari segi penafsiran akan
jauh sekali dari kebenaran. Walaupun manusia belajar banyak dari manusia
tetapi seseorang tidak dapat bergantung semata-mata kepada manusia, sebab
manusia telah memiliki Guru ilahi yaitu Roh Kudus.[1]
Sekeras-kerasnya manusia berupaya untuk memahami tentang Allaha atau yang Ilahi
namun nanti manusia akan sampai kepada titik kebingungan. Pada titik
inilah manusia akan menjadi kabur pandangannya.
Hal yang terberat yang ada adalah
saat manusia itu malah tidak mempercayai Allah itu ada. Seseorang yang
tidak mau dikuasai Roh Kudus tidak akan mampu untuk mengenal Allah yang
transenden dan imanen tersebut. Bisa dikatakan kalau seseorang tersebut
tidak dipimpin oleh Roh Kudus maka dia juga tidak mengenal Allah Bapa.
Yoh 16:13 dengan jelas mengatakan kalau Roh Kudus memimpin kepada seluruh
kebenaran sehingga tidak ada kata-kata yang menyangkal tanpa Roh Kudus
seseorang tak akan mampu untuk memahami kebenaran, karena kebenaran itu berasal
dari Allah sendiri. Orang yang diajar Roh Kudus walaupun ia tidak tahu
bahasa aslinya, akan lebih mengetahui firman Allah daripada orang yang tidak
diajar oleh Roh Kudus, meskipun ia pandai dalam bahasa aslinya.[2]
Pernyataan ini adalah jaminan bagi orang percaya, bahwa bukan kepandaian yang
menentukan seseorang tahu dan memahami kebenaran yang sejati tetapi Roh
Kuduslah yang akan membimbing orang mengenal kebenaran itu.
Kebenaran yang mutlak adalah bahwa
Roh Kudus yang menjadikan manusia itu mengerti akan kebenaran itu
sendiri. Dalam I Korintus 2:9-14 dikemukakan du bagian pekerjaan Roh
Kudus:
Roh Kudus menyatakan kepada manusia
hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah, dan berkata-kata tentang karunia
Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan oleh hikmat manusia, yang merupakan
kebodohan bagi manusia duniawi.
Roh Kudus menjelaskan penyataan-Nya,
yaitu memberikan kuasa untuk mengerti, mengetahui dan menerima pengajaran yang
diajarkan-Nya. Roh Kudus ialah pemberi ilham untuk Firman Allah yang
dituliskan, dan Ia juga yang menulisdan menegaskan Firman itu.[3] Ketika
seseorang dibukakan mata rohaninya maka dapat mengerti akan kebenaran-keberan
yang tersembunyi yang selama ini ia tidak tahu. Roh Kudus yang membuka
akan mata hatinya untuk dapat mengerti tentang kebenaran Firman Allah.
Seseorang akan dapat mengerti sebuah
kitab dengan lebih mudah apabila si punulis itu ada disampingnya untuk
menerangkan isi kitab itu.[4] Ketika
manusia berada dalam pimpinan Roh Kudus maka ia akan dibuka pikirannya sehingga
ia dapat mengerti akan apa yang dia tidak mengerti dahulu sebelum Roh Kudus
yang memimpin. Tanpa Roh Kudus tidak ada orang yang dapat mencapai
kebenaran yang sempurna tersebut. Seseorang tidak akan dapat
mengetahui kebenaran dengan sesungguhnya sebelum kebenaran itu diajarkan kepada
orang itu oleh Roh Kudus.[5] Seperti
yang dijelaskan oleh Yesus tentang penolong itu akan datang untuk mengajar dan
mengingatkan akan apa yang telah diajarkan oleh Yesus. Dalam Yohanes
14:16-17a “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang
Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh
Kebenaran.” Roh Kudus sendiri dikatakan sebagai Roh Kebenaran, maka Ia
akan membawa orang yang telah percaya kepada Kebenaran yang benar. Bukan
hanya dapat menyatakan kebenaran tersebut untuk manusia tetapi Roh Kudus
juga turut membenarkan orang-orang yang sudah percaya kepada Kristus.
Roh Suci membenarkan, yaitu Ia yang
melanjutkan, mengenakan pembenaran kepada orang percaya, hingga orang yang
dibenarkan merasakan kegirangan.[6]
Maksudnya disini adalah ketika Roh Kudus ada di dalam diri orang percaya maka
dia sudah dibenarkan dan akan menjadi lebih mudah untuk mengenal kebenaran itu.
- Memberi
Kuasa Untuk Bersaksi
Roh Kudus adalah pribadi dari Allah
Tritunggal. Seperti dalam amanat agung yang disampaikan oleh Yesus bahwa
Bapa, Anak(Yesus), dan Roh Kudus adalah sama hakekatnya. Seperti halnya
dalam perjanjian lama Allah memberi kuasa untuk para nabi untuk memberitakan
akan firman Tuhan kepada bangsa-bangsa, seperti itu jugalah kuasa yang
diberikan oleh Allah lewat Roh Kudus untuk memberikan kuasa bagi orang percaya
untuk dapat bersaksi tentang Yesus.
Roh Kudus menolong orang yang
percaya supaya ia dengan penuh kuasa dapat meneruskan kepada orang-orang lain
kebenaran yang diajarkan oleh Roh Kudus kepadanya (I Korintus 2:1-5; I
Tesalonika 1:5; Kisah Para Rasul 1:8).[7] Bahwa
setiap orang percaya kepada Yesus akan diberikan kuasa oleh Roh Kudus untuk
dapat bersaksi kepada orang lain tentang Yesus. Karena dalam pemberitaan
Injil ataupun saat bersaksi sebenarnya orang tersebut sedang berperang dengan
kuasa roh-roh yang lain. Sebagai manusia yang terbatas maka tidak akan
dapat menerobos masuk kedalam orang-orang yang seperti itu. Perlu adanya
oknum atau pribadi yang mampu untuk mengalahkan kuasa-kuasa itu. Dan Roh
Kudus adalah yang bisa untuk mematahkan kuas roh-roh yang jahat. Semua
orang selalu memerlukan pertolongan Roh Kudus.
Yang menyebabkan gagalnya pekerjaan
Injil dan pekerja Kristen ialah karena mereka mencoba mengajarkan Firman Tuhan
“Dengan perkataan budi yang membujuk orang”, yaitu dengan ilmu-ilmu manusiadan
dunia ini. Padahal manusia perlu “keterangan dan kuasa Roh Kudus.”[8] Tidak
akan ada yang dapat bersaksi dengan benar jika Roh Kudus tidak memberitahu akan
apa yang harus dikatakan kepada seseorang. Hanya sebuah kekuatan diri
sendiri dan pengetahuan serta keahlian untuk mempengaruhi orang lain yang
tertinggal. Ada orang-orang yang dapat berbicara dengan baik sehingga apa
yang dikatakannya diterima oleh orang lain. Namun berbeda jika orang
tersebut disertai dengan kuasa Roh Kudus maka apa yang dikatakannya mempunyai
kuasa yang dapat membangun serta menyadarkan orang-orang berdosa.
- Buah-buah
Roh atau Karakter Kristus
Buah-buah Roh adalah hasil dari
penyerahan kepada Allah dan pimpinan Roh Kudus. Roh Kudus mengarahkan
watak maupun merespons keinginan manusia untuk bebas dari sejumlah kewajiban
dan larangan, sikap maupun perbuatan manusia, tingkah laku maupun kepercayaan
manusia.[9] Sehingga
yang dilakukan Roh Kudus melepaskan apa yang telah ada dari dunia dari manusia
itu sendiri. Kemudian Roh akan memperbaharui watak manusia yang telah
menyerahkan dirinya kepada-Nya.
Roh kudus akan menuntun agar manusia
dapat berlaku dan bertindak sesuai Roh Kudus. Kemudian yang terjadi
adalah manusia tersebut akan melakukan buah-buah Roh, kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri. Kasih adalah sebuah ungkapan dari pribadi yang satu
kepada pribadi yang lain. Mempunyai kasih yang seperti Tuhan Yesus miliki
adalah tujuan dari Roh Kudus membimbing orang percaya untuk dapat
melakukannya. William Barclay berkata, “Agape adalah semangat jiwa yang
tak pernah mencari apa pun, tetapi memberi kebaikan untuk orang lain.”[10] Agape
adalah sikap atau perbuatan yang dilakukan dan tidak mencari keuntungan atau
pun timbal balik dari si penerima.
Kasih harus dilakukan, maksudnya
berupa tindakan nyata dan bukan hanya sebuah perasaan. Roh Kudus yang
membimbing orang untuk bertindak melakukan kasih. Roh Kudus memberikan
dorongan kepada manusia untuk berbuat kasih tanpa ada upah. Sukacita yang
dimaksud disini bukan hanya diwaktu keadaan yang baik saja, tetapi yang kurang
baik sekalipun. Roh Kudus membuat hal tersebut terjadi. Menebar
senyum dimasa sulit adalah hal yang mustahil tetapi itulah peran Roh Kudus yang
membuat seseorang itu mampu tersenyum diwaktu kesusahan.
Alexander Maclaren menulis,
“Sukacita bertumbuh dalam keadaan yang sulit, seperti semak mawar kecil yang
tumbuh berkembang dan menebarkan aroma wangi bunganya di air terjun yang besar.[11]
Maksudnya adalah, sukacita tidak bertumbuh atau tidak berarti diwaktu yang baik
tetapi diwaktu yang kurang baik dan dari situlah maka sukacita ada.
Sukacita berasal dari dalam diri, yaitu keadaan hati yang telah dipenuhi oleh
Roh Kudus yang akan memampukan manusia untuk dapat bersukacita. Yang
ketiga adalah damai sejahtera. Tidak akan ada orang yang dapat merasakan
damai sejahtera yang sejati tanpa adanya Roh Kudus.
Roh Kuduslah yang mengakibatkan seseorang
mempunyai Roh Kudus dalam hatinya. Pertama-tama damai sejahtera akan di
dapatkan jika hidupnya berdamai dengan Allah. Dan yang kedua berdamai dengan
diri sendiri.[12]
Hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus adalah hal yang dapat mendamaikan manusia
dengan Allah. Sehingga dari damai sejahtera itu timbul kesabaran.
Banyak orang yang tidak dapat mengontrol emosinya dan cenderung untuk
melampiaskan amarah mereka. Kesabaran sangat diperlukan untuk hidup
bergaul dengan lingkungan sekitar. Kesabaran memberikan antisipasi dan
pengharapan yang menenangkan.[13]
Ketika seseorang hidup dengan peran Roh Kudus dalam hidup seseorang tersebut
lebih besar dari pada egonya maka yang dihasilkan adalah buah-buah Roh.
Kemurahan di dapat ketika seseorang
merasakan kesulitan dimana seseorang itu dapat bertindak marah namun itu tidak
dilakukan. Kebaikan adalah suatu hal yang dapat dilakukan dan hasilnya
itu terlihat. Kebaikan menyangkut pribadi dengan pribadi. Banyak
orang yang tidak dapat bertindak baik walaupun mempunyai kesempatan untuk
berbuat kebaikan. Hal ini dimungkinkan karena Roh Kudus yang menguasai
orang tersebut. Kebaikan harus dinyatakan dlam hati sebelum dapat
memberikan nada yang tepat dan tindakan yang ekspresif.[14]
Di dalam menjalin hubungan dengan
orang lain atau pun mengabdi dengan siapa pun perlu adanya kesetiaan.
Kesetiaan adalah suatu sikap yang dapat dipercaya. Kesetiaan berbicara
tentang ketahanan, keteguhan untuk mencapai tujuan, khususnya ketika berada
dalam bahaya dan bencana.[15]
Kesetiaan memerlukan sikap bukan hanya
sebuah perkataan. Lemah lembut adalah sikap yang kuat tetapi
lembut. Dan yang terakhir adalah tentang penguasaan diri.
Semua orang cenderung untuk berbuat semaunya. Namun karena Roh Kudus yang
memberi dorongan agar dapat mengendalikan maka hasilnya orang yang dikendalikan
Roh Kudus dapat mengendalikan dirinya dalam segala hal.
KESIMPULAN
Banyaknya denominasi gereja yang berkembang sekarang terkadang membuat
perbedaan antar individu maupun dari organisasi gereja tersebut. Tapi
Firman Tuhan dari dulu sampai sekarang tetap sama, yaitu adanya kesatuan yang
harmonis sebagai tubuh Kristus. Roh Kudus adalah oknum yang memampukan orang
percaya untuk melakukan kesatua dan menjadikan kehidupan kerohanian lebih
berkualitas. Dalam perkembangannya sekarang banyaknya gereja-gereja Kharismatik
membuat karunia-karunia Roh, terlebih karunia berbahasa Roh sebagai ukuran
kerohanian seseorang.
Tapi yang terpenting disini bukanlah seberapa kuat dia untuk berbahasa
rohani pada waktu ibadah tetapi bagaimana dalam kehidupannya sehari-hari.
Ukuran orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang mampu memberikan dampak
pada sekitarnya, menjadi orang yang disegani dan berpengaruh dalam masyarakat.
Bahasa Roh dalam ibadah hanya sebatas ukuran emosi saja dan tidak dapat diukur
kebenarannya. Hanya kehidupan secara nyata seseorang yang dapat dijadikan
ukuran untuk dapat dikategorikan dipenuhi Roh Kudus atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Brill, J. W. Dasar Yang Teguh. Bandung:Kalam Hidup, t.th.
Soedarma, R. Ikhtisar
Dogmatika. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2002.
Drescher, Jhon M. Melakukan Buah Roh. Jakarta:BPK GUnung Mulia,2008.
Wagner, Peter. Manfaat Karunia Roh. Malang:Gandum Mas, 2000.
[1] James Strong, Strong’s Exhaustive Concordance
Of The Bible (Iowa: Riverside BOOK and Bible House Iowa Falls), h.33.
[2] Horst Balz & Gerhard Schneider, Exegetical
Dictionary Of The New Testament (Volume 2), (Michigan: William B. Eerdmans
Publishing Company Grand Rapids, 1991; reprint ed. , 2000), h. 69
[3] Yakub
Tomatala, Penginjilan Masa Kini (jilid 1) (Malang: Yayasan Penerbit
Gandum Mas, 1988), h. 24
[4] Idem
[5] Ensiklopedia AlkitabMasa Kini (Jilid
1), ed. S.v. “Berita,
Pemberitaan.” By R.H. Mounce. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
1995; Reprint ed. 2000), h. 183
[6] Yakub Tomatala, Penginjilan Masa Kini (Jilid 2) (Malang: Yayasan
Penerbit Gandum Mas, 1998), h. 21.
[8] Idem
[10] Yakub Tomatala, h. 21.
[12] Samuel B.Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengatar dan
Pokok-pokok
Teologisnya,
(Bandung: Bina Media Informasi, 2010), h.182-183.
[13] Merrill Tenney, Survey Perjanjian Baru (Malang:
Gandum Mas, 1995), h. 400.
[14] Idem
[15] Bambang Subandrijo, Menyingkap
Pesan-pesan Perjanjian Baru 1. (Bandung:
Bina Media Informasi. 2010),h38-39.
[17]
https://bible.org/foreign/indonesian/phil/phil-in-01.htm
[18] http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi
[20] Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa, Edisi 4, h. 1444
[21] J.D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1988),
h.302
Tidak ada komentar:
Posting Komentar