Rabu, 26 April 2017

Penginjilan (Makalah Sarah)

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah “penginjilan” sudah menjadi satu istilah yang umum, dan erat hubungannya dengan kehidupan gereja di sepanjang zaman. Karena penginjilan adalah perintah Yesus yang harus dilaksanakan oleh setiap orang percaya. Penginjilan bukan hanya tugas hamba Tuhan atau organisasi Gereja tertentu, tetapi tugas semua yang percaya. Dalam Alkitab, baik dalam kitab-kitab Perjanjian Baru mau pun dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, kata “penginjilan” tidak ditemukan secara hurufiah. Pada hakikatnya kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu “eύaggeliξω” dibaca “evanggeliso” artinya:  “mengumumkan, memberitakan, atau membawa kabar baik.[1] dan “memproklamasikan Injil atau menjadi pembawa kabar baik di dalam Yesus” [2]
Dalam konteks aslinya kata “evanggeliso” merupakan  satu istilah yang dipakai dalam kemiliteran Yunani. Kata ini memiliki arti “upah yang diberikan kepada pembawa berita kemenangan dari medan tempur,  dan atau berita kemenangan itu sendiri.” [3]. Kemudian orang Kristen menggunakan kata “evanggeliso” untuk menjelaskan “berita” tentang pengorbanan dan atau karya Yesus Kristus.[4]
Kata evanggelisosinonim dengan kata “κερισσω” dibaca “kerysso.” Kata ini pada mulanya adalah satu istilah yang dipakai untuk seorang utusan resmi (utusan itu disebut “Kerux”) yang menyampaikan pengumuman dari raja.[5] Kata ini dalam bahasa Yunani memiliki arti mengumumkan sebagai seorang bentara, atau memproklamasikan kabar baik. Pengumuman tersebut pada hakikatnya sangat penting, sehingga tidak dapat dibantah atau ditunda. [6] 
Kitab Perjanjian Lama menggunakan kata yang paralel dengan “kerysso” yaitu “qầrầ,”yang artinya “berseru.”[7] Dalam kitab Septuaginta (LXX) kata “kerysso” dipakai lebih dari 30 kali, baik dalam arti sekular tentang pengumuman resmi raja-raja, maupun dalam arti agamawi tentang pengucapan kenabian (Yes 61:1; Yoel 1:14; Zak 9:9).[8]  Sedangkan dalam kitab-kitab Perjanjian Baru kata “kerysso” dipakai sebanyak 60 kali. [9]
Dalam kitab-kitab Perjanjian Baru digunakan kata lain yang berhubungan dengan penginjilan seperti kata “διδασχω” dibaca “didasko” artinya mengajar, atau mengajarkan.[10] Tuhan Yesus sering menggunakan penginjilan dengan cara ini, contoh penggunaannya dicatat dalam Matius 10: 7-15; 4: 23; 7: 28; 9:35; Markus 1:21; 6:6; Lukas 10: 4-12. Kata kedua yaitu: “μαρτυρεω” dibaca “martureo” artinya bersaksi, atau menyampaikan kesaksian berdasarkan apa yang dialami.[11] Penginjilan dengan cara ini juga dipakai oleh para rasul (Kis 2: 40).
Setelah menyelidiki arti kata “penginjilan” secara etimologis, maka “penginjilan” adalah:
1.      Tugas untuk mengumumkan atau memberitakan kabar baik, dan atau kabar keselamatan di dalam Yesus Kristus, kepada orang-orang yang belum percaya kepada Yesus.
2.      Dilakukan dengan cara menyerukannya seperti seorang utusan raja yang sedang mengumumkan satu dekrit, yaitu dengan suara yang keras dan tegas, dan dapat juga dilakukan dengan mengajar seperti kepada seorang murid, dan dengan bersaksi berdasarkan apa yang dialami oleh pemberita Injil tersebut.
3.      Tugas penginjilan tidak dapat dibantah dan atau dilalaikan karena berita itu menyangkut keselamatan jiwa banyak orang yang dikasihi oleh pemberi perintah, yaitu Yesus yang adalah Tuhan sang pemberi hidup yang kekal.




















BAB II
TINJAUAN HISTORIS MENGENAI KOTA FILIPI

Paulus adalah warga negera Rom tetapi dididik di Yerusalem dalam asuhan Gamaliel dari golongan Farisi. Paulus dipanggil oleh Tuhan pada waktu dalam perjalanan ke Damsyik untuk menganiaya umat Tuhan. Tetapi dalam misi tersebut Tuhan memanggil dia bukan menjadi penganiaya jemaat tetapi menjadi pemberita Injil bagi semua orang, semua suku dan bangsa. Salah satu daerah yang menjadi sasaran pemberitaan Injil adalah kota Filipi.

Latar Belakang


Kota Filipi dulunya bernama Krenides. Kredines dalam bahasa Yunani adalah krene yang artinya mata air. Kota ini terletak di daerah pedalaman Yunani tepatnya di Via Egnatia yakni satu jalan yang menjadi penghubung antara daerah timur dan barat Romawi. Nama Filipi berasal dari nama seorang raja Makedonia, Filipus II, yang melakukan penyerangan antara tahun 360-356 SM dan berhasil menaklukkan kota ini.[12]
Banyak dari penduduk kota Filipi adalah para budak dan veteran perang. Penyebabnya, pada tahun 42 SM telah terjadi peperangan antara Brutus dan Cassius melawan Antonius dan Augustus yang dimenangkan Antonius dan Augustus. Perang terulang kembali pada tahun 31 SM kali ini Augustus mengalahkan Antonius dan diangkat menjadi kaisar. Orang-orang yang mendukung Antonius pun dibuang ke Filipi. Tidak mengherankan bila para budak, veteran perang, penduduk pribumi dan para pemimpin kota berbaur di kota ini.[13]
Sementara itu, kelompok orang-orang Yahudi ditemukan sangat sedikit jumlahnya di Filipi. Terbukti dengan tidak ditemukannya rumah ibadah Yahudi kecuali sebuah rumah sembahyang yang terletak di luar kota. Keterangan ini berdasarkan laporan Paulus tentang perjalanannya di Filipi sebagaimana yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 16:13. Kota Filipi adalah kota yang pertama kali dikunjungi Paulus dalam perjalanannya di Eropa.[14]

Keadaan Jemaat

 

Jemaat Filipi didirikan Paulus sekitar tahun 49-50.[15] Jemaat di Filipi terdiri dari orang-orang Kristen bukan Yahudi (Kis.16:33b), orang -orang Yahudi yang sudah menjadi Kristen (Kis.16:13) dan disebutkan pula orang-orang yang takut akan Tuhan (Kis. 16:14). Orang Roma dan Yunani sebagian besar berbahasa Yunani walaupun latin merupakan bahasa resmi.
Hubungan Paulus dengan jemaat ini terjalin dengan baik bahkan jemaat Filipi menyatakan kesediaan mereka untuk memberikan dukungan finansial terhadap pelayanan Paulus melalui perantaraan Epafroditus. Namun, di dalam kehidupan berjemaat di Filipi rupanya ada sekelompok orang yang menentang Paulus seperti tertulis dalam Filipi 1:27-30; 2:21. Paulus menyatakan kritikannya kepada orang-orang ini secara tajam dalam Filipi 3:2. Cukup banyak wanita menjadi anggota jemaat di Filipi. Di antara mereka adalah Sintikhe dan Euodia yang seringkali tidak sehati dan sepikiran dalam pelayanannya.[16] Saat Paulus sampai di kota Filipi dia tinggal beberapa hari disana (Kis 16:12). Kehidupan rohani orang Filipi ditandai oleh sinkritisme termasuk pemujaan kaisar (Julius, Augustus, dan Claudius), ilah Mesir, Isis dan serapis, juga banyak ilah lainnya. Saat hari sabat datang Paulus datang keluar kota ke sungai untuk mencari tempat berdoa.  Pergi ke Sungai Gangites (atau sungai Crenides), kira-kira1.5 miles jauhnya, dengan harapan menemukan “tempat pertemuan” orang Yahudi. [17]

















BAB III
STRATEGI PENGINJILAN PAULUS DI FILIPI

Rasul Paulus dikenal sebagai seorang penginjil atau pemberita Injil yang hebat. Hal itu disebabkan karena Paulus tidak pernah menyerah dalam memberitakan Injil sekalipun ada banyak tantangan yang dihadapi, namun ia tetap setia memberitakan Injil sampai akhir hidupnya (Kis.16:23; 2 Tim.4:6-8) dengan metode atau strategi yang efektif di setiap tempat dalam hal ini adalah Filipi.

Kata “strategi” adalah: pertama ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa(-bangsa) untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dl perang dan damai; kedua ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dl perang, dl kondisi yg menguntungkan: sbg komandan ia memang menguasai betul -- seorang perwira di medan perang; ketiga, rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus; keempat, tempat yg baik menurut siasat perang;.[18]


Dengan demikian dalam pelayanan Paulus selalu dipersiapkan, direncanakan dengan baik agar dapat mencapai tujuan yakni Injil dapat disampaikan dan diterima oleh setiap para pendengar. Seperti dalam ungkapannya kepada jemaat di Korintus bahwa: “sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya, seluruhnya supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri di tolak” (1Kor 9:26-27). Dalam arti bahwa dalam memberitakan Injil, Paulus sangat bersungguh-sungguh baik dalam mempersiapkan diri maupun pada saat mengkomunikasikan Injil. Paulus tidak asal-asalan dalam melayani Tuhan tetapi melayani dengan tekun sampai mati. Teladan ini patut diteladani oleh setiap orang percaya dalam hal melayani Tuhan khususnya dalam memberitakan Injil.

Pendekatan Secara Pribadi

Keberadaan pemberita Injil, erat hubungannya dengan pribadi seseorang dimana Injil itu akan diberitakan. Mengabarkan Injil secara pribadi adalah pemberitaan Injil dalam hidup sehari-hari, dimana seorang yang telah mengenal Kristus berupaya memperkenalkan Kristus kepada orang lain dan mengajaknya menerima Kristus. Lalu orang yang baru menerima Kristus itu dibimbing menjadi saksi Kristus
Setiap orang mempunyai kepribadian sendiri, Ia harus didekati sesuai dengan kepribadiaannya. Kepribadian sukar dirumuskan karena setiap manusia memiliki sifat dan watak yang berbeda. Menurut pendapat D.W. Ellis dalam bukunya metode penginjilan mengatakan bahwa “Unsur kepribadian antara lain adalah akal atau kecerdasan, parasaan, kemauan”[19]. Karena itu penginjil harus berusaha mengkomunikasikan Injil kepada akal seseorang, sehingga perasaannya digerakkan dan kemauannya diserahkan kepada Yesus Kristus. Manusia tak mungkin mengemban tugas ini dengan kepandaiannya sendiri.
Karena itu harus belajar mengenal pribadi seseorang, dan  menyesuaikan pola pendekatan dan bobot berita Injil yang akan disampaikan dengan kepribadian orang itu. 1 Korintus 9:19-23 mengatakan Aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang. Sebagai Hamba Allah yang diperkaya dengan segala hikmat Tuhan jangan terpaku dengan satu metode tertentu, melainkan menerapkan prinsip-prinsip umum dengan menyesuaikannya pada kebutuhan pendengar yang juga tidak menyimpang dari kebenaran.
Pada metode ini Rasul Paulus melakukan pendekatan secara pribadi agar dapat menjangkau setiap pribadi yang belum mengenal Tuhan contohnya :
Pertama, Paulus dipimpin Roh Kudus sebelum Paulus menjangkau setiap pribadi yang akan di Injili.
Kedua, Paulus taat pada pimpinan Roh Kudus untuk tidak memberitakan Injil di Asia (Kis.16:6-7). Tetapi oleh tuntunan Roh Kudus lewat penglihatan Paulus dan Silas memberitakan Injil di Filipi.

Terhadap Perempuan-Perempuan (Lidia)

Ketika Paulus dan Silas tiba di Filipi mereka mulai memberitakan Injil lewat pendekatan Pribadi terhadap perempuan-perempuan yang beada di tempat sembahyang orang Yahudi (Sinagoge). Salah satu perempuan yang ikut mendengar adalah Lidia. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira yang beibadah kepada Allah. Dan Tuhan membuka hatinya dan ia beserta seisi rumahnya memberi diri untuk dibaptis oleh Paulus.

Terhadap Perempuan Yang Memiliki Roh Tenung

Kehidupan rohani jemaat Filipi sebelumnya diliputi dengan kepercayaan kepada peramal atau tenung. Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “tenung” atinya: Pertama, kepandaian dan sebagainya untuk mengetahui (meramalkan) sesuatu yang gaib (seperti meramalkan nasib, mencari orang hilang): juru (tukang, pandai)--; kedua, ilmu hitam untuk mencelakakan orang.[20] Pengertian serupa juga dijelaskan dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, bahwa tenung artinya:

Pertama, mencoba mengetahui sebelumnya atau dari jauh suatu peristiwa yang tak dapat dilihat dengan cara biasa. Seperti nubuat. Kedua, tenung terdapat dalam banyak bentuk, digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu: tenaga batin seperti kesurupan, dukun, penglihatan dan memakai alat nyata seperti pasir, tongkat, isi perut binatang korban (hati), atau zaman sekarang daun teh.[21]


Dengan demikian maka umat Allah dilarang untuk menggunakan tenung karena menggunakan kekuatan gaib yang mana bisa mencelakakan orang lain dan perlu diketahui bahwa keberhasilan, keuntungan dan nasib semua itu ditentukan oleh Tuhan yang Maha Kuasa bagi setiap umat-Nya jadi bukan ditentukan oleh peramal atau manusia. Seperti Perempuan yang memiliki roh tenung ini memperoleh penghasilan besar dari hasil tenungan-tenungan tetapi dia sangat mengganggu dalam pelayanan Paulus karena itu dengan pertolongan Roh Kudus  perempuan tersebut dilepaskan dari roh-roh itu.

Terhadap Kepala Penjara

Pemberitan Injil di Filipi menghasilkan hasil yang baik atau positif karena banyak orang yang mendengar Injil menjadi percaya, tetapi dengan demikian dampak negatif juga terjadi yakni Paulus dan Silas ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara karena dianggap mengacaukan kota dan mengajarkan ajaran adat istiadat orang Yahudi kepada orang Rum (Kis.16:19-24). Di dalam penjara Paulus dan Silas tidak takut terhadap ancaman atau aniaya yang mereka alami, justru mereka berdoa dan memuji Tuhan. Mereka tidak menyerah atau berhenti memberitakan Injil karena itu mereka berhasil keluar dari penjara dengan tidak kekurangan sesuatu yang baik, bahkan para prajurit yang berjaga-jagapun tidak tahu jikalau Paulus dan Silas telah keluar dari penjara. Semua karena pertolongan dan kuasa Tuhan agar Injil semakin di sebarkan.
Peristiwa ajaib yang di alami oleh Paulus dan Silas membuat kepala penjara dan seisi rumahnya percaya kepada Yesus dan memberi diri dibaptis.



















BAB IV
KESIMPULAN



Setelah penulis mengamati dan mempelajari strategi pengijilan yang dilakukan oleh Rasul Paulus dalam kitab Kisah Para Rasul 16:13-40, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1.      Melalui strategi pendekatan pribadi dalam penginjilan yang dilakukan oleh Rasul Paulus pada masa pelayanannya, maka strategi yang digunakan masih relevan dan dapat diterapkan oleh para penginjil masa kini tanpa mengurangi nilai kebenaran Firman Allah. Karena yang dilayani adalah pribadi-pribadi yang membutuhkan perhatian khusus atau sentuhan kasih dari sesama. Seperti halnya Lidia, Kepala Penjara dan perempuan-perempuan lainya di Filipi yang membuka hatinya bagi Yesus.
2.      Penginjilan menjadi sarana untuk memberitakan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal Yesus sehingga mereka menerima Tuhan sebagai Juruselamat dan memperoleh keselamatan.
3.   Di dalam memberitakan Injil tidak hanya hal positif yang dialami artinya banyak orang menjadi percaya kepada Yesus, tetapi hal negatifpun menyertai keberhasilan Injil, artinya tantangan, penganiayaan yang menimpa para pemberita Injil seperti Paulus dan Silas alami di Filipi, namun mereka tidak putus asa dan justru dalam keadaan demikia banyak orang menjadi percaya seperti kepala penjara dan seisi rumahnya percaya.



STRATEGI PENGINJILAN PAULUS DI FILIPI
DALAM KITAB KISAH PARA RASUL 16:13-40




Tugas Makalah Diserahkan Kepada
Dosen...........................................
Sebagai Bagian dari Mataakuliah
.........................................



O
L
E
H


Nama: Sarce Agustina Boboy
NIM    :..................





SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA INJILI INDONESIA (STTII)

Kupang, 01 Juni 2015
































    1.  
      1. Strategi Paulus  http://www.sabdaspace.org/integritas_dan_strategi_penginjilan_paulus_menurut_surat_galatia
Strategi penginjilan adalah berbagai metode
penyampaian Injil supaya memudahkan penginjil menyampaikan berita
Injil, sehingga penginjilan menjadi lebih efektif. Strategi yang
cocok disuatu tempat, belum tentu cocok di tempat lain. Dengan
demikian tidak ada satu metode pun yang dapat dimutlakan
penggunaannya. Dan yang perlu diingat, sebaik apapun strategi yang
digunakan, tidak mampu membuat seseorang datang kepada Allah kecuali
dengan pertolongan Roh Kudus. Namun demikian, bukan berarti startegi
penginjilan tidak perlu. Penginjilan tanpa strategi seperti seorang
yang pergi berperang tanpa perencanaan. Baik strategi maupun
pengandalan diri pada kuasa Roh Kudus, keduanya dibutuhkan dalam
menginjili.
Paulus selalu serius dengan pemberitaan Injilnya.
Ia tahu bahwa ada banyak tantangan yang harus dihadapi ketika ia
memberitakan Injil. Oleh sebab itu, Paulus mempunyai strategi dalam
memberitakan Injil. Ada beberapa strategi yang dilakukannya dalam
menginjili, yang dapat dijadikan model penginjilian yang efektif
yaitu:
  1. Ia
    mendirikan gereja kota. Ia mendirikan jemaat Kristus di kota-kota
    besar yang startegis seperti Filipi, Efesus, dsb. Tujuannya agar
    sebanyak mungkin orang mendengar berita Injil. Setelah jemaat kuat
    dijadikan pusat pemberitaan Injil, dan kemudian jemaat itu mengutus
    Paulus dan mendukung pelayanannya ke tempat yang baru. Paulus
    menginjili ke tempat yang memungkinkan adanya hubungan yang lebih
    jauh dengannya, supaya ada komunikasi. Paulus menulis surat kepada
    jemaat-jemaat yang ia dirikan.
  2. Tempat
    yang digunakan untuk memberitakan Injil tempat-tempat umum yang
    sangat strategis, yaitu di sinagoge, dipasar-pasar, dirumah-rumah,
    dan ditempat belajar (Tiranus, Kis. 19:9).
  3. Di manapun keberadaannya tidak menghalangi Paulus untuk memberitakan
    Injil. Misalnya : di penjara.
  4. 17Rasul
    Paulus mengabarkan Injil di dalam rumah yang mereka kunjungi atau
    singgahi (Kis. 20:20; 20:31).
  5. Paulus
    melakukan penginjilan lintas budaya. Untuk menghindari terjadinya
    miss communication (kesalahpahaman) akibat perbedaan
    worldview, seperti peristiwa di Listra (Kis. 14:8-18). Oleh sebab
    itu dalam kesempatan penginjilan yang lainnya Paulus masuk melalui
    worldview daerah setempat.
Worldview adalah pandang semesta/ dunia, atau
asumsi apa yang mendasari, atau tindakan yang mendasari sebuah
kebudayaan. Sebagai contohnya ialah dalam Kis.17 dalam peristiwa di
Athena. Langkah pertama yang dilakukannya ialah menyelidiki worldview
orang-orang Athena. Hal ini ditunjukan dalam ayat 17 yaitu dengan
cara bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi, orang-orang yang
takut akan Tuhan, serta orang-orang dipasar yang dijumpainya. Selain
itu dalam ayat yang ke 23 dikatakan bahwa ia berjalan-jalan di kota
itu dan melihat-lihat barang pujaan orang Athena. Dan ia menemukan
worldview yang mendasari tindakan ibadah orang-orang Athena yatiu
tulisa pada mezbah persembahan mereka yang berbunyi, “ Kepada Allah
yang tidak dikenal.”
Dari
bunyi tulisan ini Paulus menemukan cara untuk masuk kepada
penginjilan. Ia berkata kepada orang Athena bahwa Allah yang tidak
mereka kenal itu adalah Allah yang ia beritakan. Allah yang
menciptakan segala sesuatu dan memberi hidup kepada semua orang (ayat
24-25). Ini menunjukan bahwa Allah yang Paulus beritakan adalah Allah
yang menciptakan orang Athena juga. Kemudian sampai kepada inti Injil
yaitu Yesus yang mati dan bangkit (ayat 31).
  1. Dalam
    Kis.17:28 Paulus bertolak dari prinsip-prinsip Stoa serta
    mengutip penyair-penyair Yunani. Paulus disini tidak hanya
    mengundang perhatian dan simpati, tetapi perhatian untuk kesamaan
    antara pandangan dunia filsafat popular dan agama Kristen juga
    membantu membuka Injil kepada orang yang tidak terbiasa dengan
    Alkitab Yahudi. Sementara ia menggunakan bahasa Stoa,
    pantheisme Stoa yang impersonal sudah di alihkan menjadi
    monotheisme yang personal.
  2. Paulus
    berlaku sebagai orang Yahudi ketika menginjili orang Yahudi (1
    Kor.9:19-20). Ini berarti, Paulus hidup mengikuti budaya orang
    Yahudi. Tujuannya adalah untuk memenangkan orang Yahudi. Tetapi
    dalam hal ini Paulus tidak kehilangan integritas dan tidak mengikuti
    hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Dengan berlaku
    seperti orang Yahudi, ia berharap dapat diterima atau dapat masuk
    dalam lingkup orang Yahudi, dan ddengan demikian ia dapat leluasa
    memberitakan Injil Kristus.
  3. Filipi Paulus, Silas, dan Timotius menginsafkan seorang wanita bernama Lidia, mengusir roh jahat, dan dipukuli (Kis. 16:11–23). Mereka menerima pertolongan ilahi untuk meloloskan diri dari tahanan (Kis. 16:23–26).
  4. 21.
  5.  


PAULUS DI PENJARA FILIPI
Penganiayaan demi Tuhan
a) Difitnah (16: 21).
b) Ditentang (16: 22).
c) Didera(16: 22).
d) Dipenjarakan (16: 23-24).
2. Pekerjaan dalam penjara
2.1 Berdoa dalam penjara (16:25).
a) Semasa berada dalam kelemahan dan kesusahan, Tuhan adalah sandaran kita (Mzm 46: 1; 62: 8; 91: 2).
b) Janganlah khuatir, nyatakanlah segalanya (Flp 4: 6-7).
2.2 Pujian dalam penjara (16: 25).
a) Bersukacitalah sentiasa (1 Tes 5: 16).
b) Bersukacita dalam pengujian (Yak 1: 2; 1 Pet 4: 12).
c) Kerana berkat dari atas adalah besar (Mat 5: 11-12).
d) Percaya akan kehendak baik Tuhan (Rom 8: 28).
2.3 Memberitakan injil dalam penjara (Kis 16: 30-34).
a) Melihat nilai kerja pemberitaan injil melebihi nyawa (Kis 20:24).
b) Tidak berani melupakan amanat Tuhan (Kis 26: 18-19).
(D  http://www.tjcsabah.com/?p=2617

































BAB I
PENDAHULUAN

Roh Kudus merupakan penolong yang lain tetapi dari satu jenis yaitu Allah sendiri.  Roh Kudus adalah janji Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya.  Di dalam Kisah Para Rasul diceritakan bahwa para rasul menerima kuasa dari Roh Kudus sehingga mereka dapat melakukan mujizat.  Dalam gereja mula-mula yang didirikan para rasul peran Roh Kudus sangat penting.  Roh Kudus yang mendiami setiap orang yang telah percaya kepada Kristus membuat kehidupan mereka berubah drastis.  Dalam I Korintus 1:26 adalah bukti tentang berubahnya orang-orang yang telah menerima Roh Kudus di dalam hati mereka karena percaya kepada Yesus.  Jemaat mula-mula sangat pesat pertumbuhannya walaupun didera penderitaan yang sangat besar. 
Dikaitkan dengan masa sekarang kekristenan berkembang di seluruh dunia.  Roh Kudus masih bekerja sampai sekarang dalam kehidupan berjemaat.  Peran Roh Kudus dalam jemaat zaman sekarang hal yang penting yang memberikan dorongan untuk memberitakan kabar baik yaitu Injil keselamatan.  Berkembangnya berbagai denominasi gereja membuat teologi dan doktrin tentang Roh Kudus semakin variatif.  Namun yang menjadi penekanan adalah bagaimanapun doktrin yang diajarkan penerapan karya Roh Kudus dalam karunia Roh sangat besar.  Karunia Roh yang berkembang sekarang dijadikan satu pemicu untuk menjadi kesaksian bagi orang-orang yang belum percaya.  Banyak kebaktian kebangunan rohani yang diadakan yang memberikan karunia penyembuhan sebagai sarana kesaksian dan pembuktian bagi semua orang bahwa Roh Kudus bekerja sampai sekarang dan akan terus bekerja sampai selamanya.  Kehidupan yang baru dari buah pertobatan adalah kunci untuk menerima janji tentang pimpinan Roh Kudus.



BAB II
PERAN ROH KUDUS BAGI ORANG PERCAYA

Sebagai orang percaya, Roh Kudus mempunyai peran penting dalam menumbuhkan kerohanian.  Dalam setiap aspek kehidupan, Roh Kudus menjadi sangat sentral.  Tanpa Roh Kudus, hidup orang percaya tidak mempunyai arti sama sekali.  Karena Roh Kuduslah orang percaya dapat mengenal Allah Bapa dan Yesus.
  1. Membawa kepada kebenaran
Banyak orang percaya yang terus mencari akan kebenaran firman Allah.  Tanpa Roh Kudus, tidak ada seorang pun yang akan memahami setiap kata yang ada dalam firman Tuhan.  Walaupun seseorang itu sangat pintar tapi tanpa Roh Kudus, dari segi penafsiran akan jauh sekali dari kebenaran.  Walaupun manusia belajar banyak dari manusia tetapi seseorang tidak dapat bergantung semata-mata kepada manusia, sebab manusia telah memiliki Guru ilahi yaitu Roh Kudus.[1]  Sekeras-kerasnya manusia berupaya untuk memahami tentang Allaha atau yang Ilahi namun nanti manusia akan sampai kepada titik kebingungan.  Pada titik inilah manusia akan menjadi kabur pandangannya. 
Hal yang terberat yang ada adalah saat manusia itu malah tidak mempercayai Allah itu ada.  Seseorang yang tidak mau dikuasai Roh Kudus tidak akan mampu untuk mengenal Allah yang transenden dan imanen tersebut.  Bisa dikatakan kalau seseorang tersebut tidak dipimpin oleh Roh Kudus maka dia juga tidak mengenal Allah Bapa.  Yoh 16:13 dengan jelas mengatakan kalau Roh Kudus memimpin kepada seluruh kebenaran sehingga tidak ada kata-kata yang menyangkal tanpa Roh Kudus seseorang tak akan mampu untuk memahami kebenaran, karena kebenaran itu berasal dari Allah sendiri.  Orang yang diajar Roh Kudus walaupun ia tidak tahu bahasa aslinya, akan lebih mengetahui firman Allah daripada orang yang tidak diajar oleh Roh Kudus, meskipun ia pandai dalam bahasa aslinya.[2]  Pernyataan ini adalah jaminan bagi orang percaya, bahwa bukan kepandaian yang menentukan seseorang tahu dan memahami kebenaran yang sejati tetapi Roh Kuduslah yang akan membimbing orang mengenal kebenaran itu. 
Kebenaran yang mutlak adalah bahwa Roh Kudus yang menjadikan manusia itu mengerti akan kebenaran itu sendiri.  Dalam I Korintus 2:9-14 dikemukakan du bagian pekerjaan Roh Kudus:
Roh Kudus menyatakan kepada manusia hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah, dan berkata-kata tentang karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan oleh hikmat manusia, yang merupakan kebodohan bagi manusia duniawi.
Roh Kudus menjelaskan penyataan-Nya, yaitu memberikan kuasa untuk mengerti, mengetahui dan menerima pengajaran yang diajarkan-Nya.  Roh Kudus ialah pemberi ilham untuk Firman Allah yang dituliskan, dan Ia juga yang menulisdan menegaskan Firman itu.[3]  Ketika seseorang dibukakan mata rohaninya maka dapat mengerti akan kebenaran-keberan yang tersembunyi yang selama ini ia tidak tahu.  Roh Kudus yang membuka akan mata hatinya untuk dapat mengerti tentang kebenaran Firman Allah. 
Seseorang akan dapat mengerti sebuah kitab dengan lebih mudah apabila si punulis itu ada disampingnya untuk menerangkan isi kitab itu.[4]  Ketika manusia berada dalam pimpinan Roh Kudus maka ia akan dibuka pikirannya sehingga ia dapat mengerti akan apa yang dia tidak mengerti dahulu sebelum Roh Kudus yang memimpin.  Tanpa Roh Kudus tidak ada orang yang dapat mencapai kebenaran yang sempurna  tersebut.  Seseorang tidak akan dapat mengetahui kebenaran dengan sesungguhnya sebelum kebenaran itu diajarkan kepada orang itu oleh Roh Kudus.[5]  Seperti yang dijelaskan oleh Yesus tentang penolong itu akan datang untuk mengajar dan mengingatkan akan apa yang telah diajarkan oleh Yesus.  Dalam Yohanes 14:16-17a “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.”  Roh Kudus sendiri dikatakan sebagai Roh Kebenaran, maka Ia akan membawa orang yang telah percaya kepada Kebenaran yang benar.  Bukan hanya dapat menyatakan kebenaran tersebut untuk manusia tetapi  Roh Kudus juga turut membenarkan orang-orang yang sudah percaya kepada Kristus. 
Roh Suci membenarkan, yaitu Ia yang melanjutkan, mengenakan pembenaran kepada orang percaya, hingga orang yang dibenarkan merasakan kegirangan.[6]  Maksudnya disini adalah ketika Roh Kudus ada di dalam diri orang percaya maka dia sudah dibenarkan dan akan menjadi lebih mudah untuk mengenal kebenaran itu.
  1. Memberi Kuasa Untuk Bersaksi
Roh Kudus adalah pribadi dari Allah Tritunggal.  Seperti dalam amanat agung yang disampaikan oleh Yesus bahwa Bapa, Anak(Yesus), dan Roh Kudus adalah sama hakekatnya.  Seperti halnya dalam perjanjian lama Allah memberi kuasa untuk para nabi untuk memberitakan akan firman Tuhan kepada bangsa-bangsa, seperti itu jugalah kuasa yang diberikan oleh Allah lewat Roh Kudus untuk memberikan kuasa bagi orang percaya untuk dapat bersaksi tentang Yesus. 
Roh Kudus menolong orang yang percaya supaya ia dengan penuh kuasa dapat meneruskan kepada orang-orang lain kebenaran yang diajarkan oleh Roh Kudus kepadanya (I Korintus 2:1-5; I Tesalonika 1:5; Kisah Para Rasul 1:8).[7]  Bahwa setiap orang percaya kepada Yesus akan diberikan kuasa oleh Roh Kudus untuk dapat bersaksi kepada orang lain tentang Yesus.  Karena dalam pemberitaan Injil ataupun saat bersaksi sebenarnya orang tersebut sedang berperang dengan kuasa roh-roh yang lain.  Sebagai manusia yang terbatas maka tidak akan dapat menerobos masuk kedalam orang-orang yang seperti itu.  Perlu adanya oknum atau pribadi yang mampu untuk mengalahkan kuasa-kuasa itu.  Dan Roh Kudus adalah yang bisa untuk mematahkan kuas roh-roh yang jahat.  Semua orang selalu memerlukan pertolongan Roh Kudus. 
Yang menyebabkan gagalnya pekerjaan Injil dan pekerja Kristen ialah karena mereka mencoba mengajarkan Firman Tuhan “Dengan perkataan budi yang membujuk orang”, yaitu dengan ilmu-ilmu manusiadan dunia ini.  Padahal manusia perlu “keterangan dan kuasa Roh Kudus.”[8]  Tidak akan ada yang dapat bersaksi dengan benar jika Roh Kudus tidak memberitahu akan apa yang harus dikatakan kepada seseorang.  Hanya sebuah kekuatan diri sendiri dan pengetahuan serta keahlian untuk mempengaruhi orang lain yang tertinggal.  Ada orang-orang yang dapat berbicara dengan baik sehingga apa yang dikatakannya diterima oleh orang lain.  Namun berbeda jika orang tersebut disertai dengan kuasa Roh Kudus maka apa yang dikatakannya mempunyai kuasa yang dapat membangun serta menyadarkan orang-orang berdosa.
  1. Buah-buah Roh atau Karakter Kristus
Buah-buah Roh adalah hasil dari penyerahan kepada Allah dan pimpinan Roh Kudus.  Roh Kudus mengarahkan watak maupun merespons keinginan manusia untuk bebas dari sejumlah kewajiban dan larangan, sikap maupun perbuatan manusia, tingkah laku maupun kepercayaan manusia.[9]  Sehingga yang dilakukan Roh Kudus melepaskan apa yang telah ada dari dunia dari manusia itu sendiri.  Kemudian Roh akan memperbaharui watak manusia yang telah menyerahkan dirinya kepada-Nya. 
Roh kudus akan menuntun agar manusia dapat berlaku dan bertindak sesuai Roh Kudus.  Kemudian yang terjadi adalah manusia tersebut akan melakukan buah-buah Roh, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.  Kasih adalah sebuah ungkapan dari pribadi yang satu kepada pribadi yang lain.  Mempunyai kasih yang seperti Tuhan Yesus miliki adalah tujuan dari Roh Kudus membimbing orang percaya untuk dapat melakukannya.  William Barclay berkata, “Agape adalah semangat jiwa yang tak pernah mencari apa pun, tetapi memberi kebaikan untuk orang lain.”[10]  Agape adalah sikap atau perbuatan yang dilakukan dan tidak mencari keuntungan atau pun timbal balik dari si penerima. 
Kasih harus dilakukan, maksudnya berupa tindakan nyata dan bukan hanya sebuah perasaan.  Roh Kudus yang membimbing orang untuk bertindak melakukan kasih.  Roh Kudus memberikan dorongan kepada manusia untuk berbuat kasih tanpa ada upah.  Sukacita yang dimaksud disini bukan hanya diwaktu keadaan yang baik saja, tetapi yang kurang baik sekalipun.  Roh Kudus membuat hal tersebut terjadi.  Menebar senyum dimasa sulit adalah hal yang mustahil tetapi itulah peran Roh Kudus yang membuat seseorang itu mampu tersenyum diwaktu kesusahan. 
Alexander Maclaren menulis, “Sukacita bertumbuh dalam keadaan yang sulit, seperti semak mawar kecil yang tumbuh berkembang dan menebarkan aroma wangi bunganya di air terjun yang besar.[11]  Maksudnya adalah, sukacita tidak bertumbuh atau tidak berarti diwaktu yang baik tetapi diwaktu yang kurang baik dan dari situlah maka sukacita ada.  Sukacita berasal dari dalam diri, yaitu keadaan hati yang telah dipenuhi oleh Roh Kudus yang akan memampukan manusia untuk dapat bersukacita.  Yang ketiga adalah damai sejahtera.  Tidak akan ada orang yang dapat merasakan damai sejahtera yang sejati tanpa adanya Roh Kudus. 
Roh Kuduslah yang mengakibatkan seseorang mempunyai Roh Kudus dalam hatinya.  Pertama-tama damai sejahtera akan di dapatkan jika hidupnya berdamai dengan Allah. Dan yang kedua berdamai dengan diri sendiri.[12]  Hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus adalah hal yang dapat mendamaikan manusia dengan Allah.  Sehingga dari damai sejahtera itu timbul kesabaran.  Banyak orang yang tidak dapat mengontrol emosinya dan cenderung untuk melampiaskan amarah mereka.  Kesabaran sangat diperlukan untuk hidup bergaul dengan lingkungan sekitar.  Kesabaran memberikan antisipasi dan pengharapan yang menenangkan.[13]  Ketika seseorang hidup dengan peran Roh Kudus dalam hidup seseorang tersebut lebih besar dari pada egonya maka yang dihasilkan adalah buah-buah Roh. 
Kemurahan di dapat ketika seseorang merasakan kesulitan dimana seseorang itu dapat bertindak marah namun itu tidak dilakukan.  Kebaikan adalah suatu hal yang dapat dilakukan dan hasilnya itu terlihat.  Kebaikan menyangkut pribadi dengan pribadi.  Banyak orang yang tidak dapat bertindak baik walaupun mempunyai kesempatan untuk berbuat kebaikan.  Hal ini dimungkinkan karena Roh Kudus yang menguasai orang tersebut.  Kebaikan harus dinyatakan dlam hati sebelum dapat memberikan nada yang tepat dan tindakan yang ekspresif.[14] 
Di dalam menjalin hubungan dengan orang lain atau pun mengabdi dengan siapa pun perlu adanya kesetiaan.  Kesetiaan adalah suatu sikap yang dapat dipercaya.  Kesetiaan berbicara tentang ketahanan, keteguhan untuk mencapai tujuan, khususnya ketika berada dalam bahaya dan bencana.[15] 
Kesetiaan memerlukan sikap bukan hanya sebuah perkataan.  Lemah lembut adalah sikap yang kuat tetapi lembut.   Dan yang terakhir adalah tentang penguasaan diri.  Semua orang cenderung untuk berbuat semaunya.  Namun karena Roh Kudus yang memberi dorongan agar dapat mengendalikan maka hasilnya orang yang dikendalikan Roh Kudus dapat mengendalikan dirinya dalam segala hal.







KESIMPULAN
Banyaknya denominasi gereja yang berkembang sekarang terkadang membuat perbedaan antar individu maupun dari organisasi gereja tersebut.  Tapi Firman Tuhan dari dulu sampai sekarang tetap sama, yaitu adanya kesatuan yang harmonis sebagai tubuh Kristus. Roh Kudus adalah oknum yang memampukan orang percaya untuk melakukan kesatua dan menjadikan kehidupan kerohanian lebih berkualitas. Dalam perkembangannya sekarang banyaknya gereja-gereja Kharismatik membuat karunia-karunia Roh, terlebih karunia berbahasa Roh sebagai ukuran kerohanian seseorang. 
Tapi yang terpenting disini bukanlah seberapa kuat dia untuk berbahasa rohani pada waktu ibadah tetapi bagaimana dalam kehidupannya sehari-hari. Ukuran orang yang dipenuhi Roh Kudus adalah orang yang mampu memberikan dampak pada sekitarnya, menjadi orang yang disegani dan berpengaruh dalam masyarakat. Bahasa Roh dalam ibadah hanya sebatas ukuran emosi saja dan tidak dapat diukur kebenarannya. Hanya kehidupan secara nyata seseorang yang dapat dijadikan ukuran untuk dapat dikategorikan dipenuhi Roh Kudus atau tidak.










DAFTAR PUSTAKA
Brill, J. W.  Dasar  Yang Teguh. Bandung:Kalam Hidup, t.th.
Soedarma, R.  Ikhtisar Dogmatika. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2002.
Drescher, Jhon M.  Melakukan Buah Roh. Jakarta:BPK GUnung Mulia,2008.
Wagner, Peter. Manfaat Karunia Roh. Malang:Gandum Mas, 2000.




[1] J. W. Brill. Dasar  Yang Teguh. Bandung:Kalam Hidup, t.th. Hlm 161.
[2] Ibid. Hlm 162.
[3] Ibid.
[4] Ibid. Hlm 163.
[5] Ibid. Hlm 161.
[6] R. Soedarma. Ikhtisar Dogmatika. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2002. hlm 212.
[7] Brill. Hlm 163.
[8] Ibid.
[9] Jhon M. Drescher. Melakukan Buah Roh. Jakarta:BPK GUnung Mulia,2008. Hlm12.
[10] Ibid. hlm 18.
[11] Ibid. hlm 62.
[12] Ibid. Hlm 104.
[13] Ibid. Hlm 141.
[14] Ibid. Hlm 183.
[15] Ibid. Hlm 208.
[16] Brill. Hlm 159.
[17] Peter Wagner. Mafaat karunia Roh. Malang:Gandum Mas, 2000. Hlm 7-8.
[18] Ibid. Hlm 154.




[1] James Strong,  Strong’s Exhaustive Concordance Of The Bible (Iowa: Riverside BOOK and Bible House Iowa Falls), h.33.
[2] Horst Balz & Gerhard Schneider, Exegetical Dictionary Of The New Testament (Volume 2), (Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids, 1991; reprint ed. , 2000), h. 69
[3] Yakub Tomatala, Penginjilan Masa Kini (jilid 1) (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1988), h. 24
[4] Idem
[5] Ensiklopedia AlkitabMasa Kini (Jilid 1), ed. S.v. “Berita, Pemberitaan.” By R.H. Mounce. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1995; Reprint ed. 2000), h. 183
[6] Yakub Tomatala, Penginjilan Masa Kini (Jilid 2) (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1998), h. 21.
[7] Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Jilid 1), h. 183.
[8] Idem
[9] Idem, h.182
[10] Yakub Tomatala, h. 21.
[11] Yakub Tomatala, h. 22
[12] Samuel B.Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengatar dan Pokok-pokok
Teologisnya, (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), h.182-183.

[13] Merrill Tenney, Survey Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1995), h. 400.
[14] Idem
[15] Bambang Subandrijo, Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 1. (Bandung: Bina Media Informasi. 2010),h38-39.

[16] Merrill Tenney, Survey Perjanjian Baru. Malang, h. 400.
[17] https://bible.org/foreign/indonesian/phil/phil-in-01.htm
[18] http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi
8 D.W. Ellis, Metode Penginjilan (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF YKBK, 1993), h. 127

[20] Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi 4, h. 1444
[21] J.D Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1988), h.302

Tidak ada komentar:

Posting Komentar